Juara III Lomba Rubik's
Dengan berat hati dan terpaksa, gue harus nurutin apa kata babeh, masuk Madrasah Aliyah. Sekolah ini letaknya nggak jauh dari MTs gue dulu. Hanya beberapa meter saja.
Sekolah ini berdekatan dengan pasar. Nama pasarnya adalah pasar ayam. Pasti kalian mikirnya pasar ini dipenuhi oleh ayam-ayam yang berjualan, eehhh . . . maksudnya orang-orang yang mau jual ayam. Gue juga mikirnya gitu. Tapi setelah gue telusuri lebih jauh. Tidak seperti yang dibayangkan. Pasar ini tak seperti yang kalian bayangkan. Pasar ini tidak hanya dihuni oleh penjual ayam, tapi juga penjual burung, penjual pakaian, sampai penjual makanan ada di pasar ini. Terus, kenapa dinamakan pasar ayam? Entahlah, gue juga nggak tau.
Pernah ada teman yang nyaranin buat ngeganti namanya jadi pasar parfum, katanya biar terlihat bagus gitu. Iya sih bagus, tapi gimana cara ngegantinya. Masa iya harus keliling pasar ngumumin pasar ini telah diubah nama. Enggak banget. Terus juga, walaupun namanya diubah, tetap aja aroma semerbak parfum seperti namanya tak pernah tercium. Karena pasar ini dipenuhi penjual unggas dan sejenisnya. Tau sendiri gimana aromanya.
…
Gue mendaftar pada gelombang terakhir. Ketika hampir semua SMA dan SMK negeri ditutup pendaftarannya, hanya MAN 1 Cirebon yang masih dibuka untuk pendaftaran siswa baru. Gue daftar bareng bokap, dan langsung test baca Al Qur’an dan wawancara. Di tengah wawancara sedang berlangsung, guru yang mewancarai gue bilang.
“Rambutnya nggak rapi itu, pelajar kok rambutnya gondrong nggak rapi gitu, nanti dipotong yah”
“Iya pak” jawab gue polos.
Memang waktu itu lagi tren-trennya rambut poni depan panjang. Gue yang masih remaja ababil ikut-ikutan aja. Tapi karena rambut gue nggak lurus banget, akhirnya rambut panjangnya pun sedikit aneh, bergelombang-gelombang gitu. Harus memakai air untuk merapikannya.
…
Beberapa hari kemudian, gue diterima di sekolah ini. Gue masuk di kelas X-2, kelas keterampilan. Selain pelajaran umum, di sekolah ini juga ada yang namanya keterampilan, yaitu pelajaran tambahan di luar jam belajar. Ada otomotif, meubeuler, elektronika, dan tata busana atau menjahit. Gunanya adalah selain mendapatkan pelajaran umum, siswa mendapat keterampilan yang mudah-mudahan berguna ketika lulus nanti dan memasuki dunia kerja, kalau yang ingin bekerja. Tidak semua siswa masuk kelas ini, ada semacam test yang harus diikuti. Sebagai balas dendam kegagalan masuk SMK, gue pilih keterampilan elektronika. Kelas keterampilan ini dihuni lebih banyak cowoknya dibandingkan ceweknya. Sekitar 15 cewek dari 40 murid. Sudah sedikit ceweknya, semuanya pendiam-pendiam lagi. Membuat kelas semakin tidak seimbang.
Belum ada kesulitan yang dihadapi dalam menyelesaikan studi di kelas X (sepuluh). Naik ke kelas XI dengan mulus. Seluruh siswa wajib memilih jurusan di kelas XI (sebelas). Ada IPA, IPS dan Bahasa. Karena waktu itu basic dan kesenangan gue lebih condong ke eksak atau hitung-hitungan, gue milih IPA. Masuk kelas XI IPA 3 dengan orang-orang yang tidak jauh berbeda ketika kelas X. Karena kelas ini adalah kelas XI keterampilan.
…
Pada semester kedua kelas XI, tahun 2010, lagi booming-boomingnya permainan rubik’s, gara-gara sebuah acara di televisi swasta nasional yang menghadirkan Abel Brata master rubik’s dengan Dedy Corbuzer master mentalist beradu kecepatan dalam menyelesaikan sebuah rubik’s 4x4 dengan menutup mata alias tidak melihat.
.jpg)
“Kiri atas, kanan bawah, atas kiri, kiri bawah, bawah kanan, kanan atas 2 kali, atas kanan” instruksi-instruksinya.
Sedikit demi sedikit, perlahan demi perlahan gue belajar menyelesaikan permainan ini. Dan tak membutuhkan waktu yang lama akhirnya gue mampu menyelesaikan permainan ini. Namun masih diperlukan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan satu buah rubik’s. Gue terus belajar, agar dapat menyelesaikannya dalam waktu yang singkat.
Sampai akhirnya gue mampu menyelesaikan sebuah rubik’s dalam waktu yang singkat dalam sejarah gue sendiri, yaitu kurang dari dua menit. Tidak sampai di situ, gue terus belajar, belajar, dan belajar.
Entah kebetulan atau apa, sebagai orang yang beragama sebetulnya tidak ada yang namanya kebetulan, semuanya sudah direncanakan oleh Tuhan. Ketika gue berjalan dan melihat tulisan-tulisan di mading sekolah, gue nemuin poster sebuah acara yang diadakan oleh salah satu kampus di Cirebon. Nama acaranya adalah CIC Open 2010. Rangkaian acaranya adalah ada lomba-lomba, festival music, bazar buku, dan lain-lain. Ternyata dalam lomba-lomba tersebut ada lomba rubik’s tingkat SMA se-wilayah 3 Cirebon.
“Wow, boleh dicoba ini lomba” pikir gue.
Karena di kelas yang dapat menyelesaikan rubik’s dengan waktu tercepat adalah gue. Bukannya sombong nih tapi itulah kenyataannya, gue mampu menyelesaikan sebuah rubik’s dalam waktu kurang dari dua menit. J
Tanpa pikir panjang, gue coba cari informasi mengenai lomba ini dengan mendatangi kampus CIC. Gue berangkat bareng teman naik vespa. Tiba di sana, langsung ke tempat pendaftaran lomba dan nanya-nanya mengenai lomba ini.
“Bu, untuk lomba rubik’s udah ada berapa peserta?” Tanya gue.
“Udah banyak yang daftar dek” jawab ibu yang berjaga.
“Kira-kira ada berapa ya bu?”
“Nggak tau dek, lupa”
“Kok lupa sih, yaudah bu, saya daftar” (sambil menyodorkan uang pendaftaran sebesar dua puluh ribu rupiah).
Di rumah, di kelas, di toliet gue terus belajar menyelesaikan sebuah rubik’s. Gue juga ngobrol sama teman-teman tentang ini, dan mereka mendoakan gue agar bisa menang. Tapi dalam pikiran gue pasti pesertanya lebih cepat dari gue dalam menyelesaikan permainan ini. Secara, gue baru belajar dan baru bisa, itupun dalam waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Apalagi ada sekolah-sekolah favorit yang muridnya pintar-pintar, pasti pada ikut. Seperti SMAN 2 Cirebon, Santa Maria, SMAN 1 Cirebon, dan yang lainnya. Namun, gue tetap optimis bisa bersaing dengan mereka. Karena manusia itu harus selalu optimis. Tapi ingat, bedakan antara optimis dengan sombong.
Optimis adalah percaya diri dengan segala kemampuan dan hasilnya kita pasrahkan kepada Tuhan. Sedangkan sombong adalah dengan segala kemampuan yakin semuanya akan berhasil, lupa ada Tuhan yang Maha Kuasa. Dari cara bicaranya pun berbeda, orang yang optimis akan mengatakan dengan bijak, sementara yang sombong akan terkesan arogan.
…
Tibalah waktu lomba, seperti biasa ngajak teman untuk nemenin. Dari kejauhan terlihat kerumunan orang di depan kampus CIC. Semakin dekat semakin jelas, ramai sekali. Gue parkirkan vespa di tempat parkir yang telah disediakan. Berjalan perlahan mendekati kerumunan orang. Gue lihat ada empat orang yang duduk di kursi yang merupakan peserta lomba rubik’s. Karena ngerasa peserta, gue langsung duduk di antara mereka. Kemudian panitia mengabsen peserta satu persatu.
“Katanya banyak yang daftar, kok ini cuma ber lima, mana yang lainnya” dalam hati gue.
“Bohong aja ini ibu yang kemarin” lanjut ocehan gue dalam hati.
Total peserta yang hadir saat itu adalah lima orang. Gue, dua orang dari Majalengka yang merupakan satu sekolah, dan dua orang lagi, mereka juga satu sekolah dan saling kenal. Gue sendiri yang nggak ada temannya. Dan gue sendiri yang mewakili sekolah.
Tahap pertama adalah masing-masing peserta diberikan sebuah rubik’s, kemudian diberikan sebuah lembar kertas yang berisi pola-pola dalam rubik’s. Setiap peserta harus menggunakan rubik’s-nya untuk menyelesaikan pola yang sudah ada. Diberi waktu, siapa cepat dialah pemenangnya. Dari tahap ini diambil tiga orang untuk masuk babak final yang dilaksanakan keesokan harinya.
Semua peserta sibuk dengan rubik’s nya. Tak terkecuali gue yang sibuk dengan sebuah rubik’s yang asing, lebih mudah diputar dari biasa yang gue gunakan di kelas. Satu persatu susunan gambar di kertas itu sudah gue selesaikan dengan rapih.
Tak disangka, ternyata gue termasuk tiga yang tercepat, dua orang tersisihkan. Itu artinya gue berhak masuk babak final. Yeaaaahhhhhh.
…
Keesokan harinya gue bertanding kembali di babak final, yang udah pasti, kalaupun kalah setidaknya udah dapat juara ketiga. Untuk babak final, barulah peserta beradu cepat dalam menyelesaikan sebuah rubik’s yang sudah diacak-acak oleh panitia. Dua orang peserta mampu menyelesaikan dalam waktu kurang dari 1 menit. Bahkan hanya beberapa detik saja mereka menyelesaikan sebuah rubik’s.
Dan gue? Lama banget. Ketika mereka sudah menyelesaikan, orang-orang melihat gue yang selama delapan menit baru bisa menyelesaikannya. Sungguh memalukan. Padahal waktu di kelas itu bisa menyelesaikan kurang dari dua menit, tapi ini kenapa berlarut-larut sampai delapan menit. Mungkin karena rubik’s-nya yang beda. Iya, waktu di kelas itu rubik’s-nya yang murahan, yang agak susah untuk diputarnya, dan yang di lomba adalah rubik’s sungguhan. Licin banget rubik’s-nya untuk diputar dan gue belum terbiasa dengan rubik’s ini. Mungkin karena gue juga sempat lupa rumus-rumusnya.
Keluarlah siapa juara pertamanya, juara kedua, dan juara ketiganya adalah gue. Pembagian hadiah trophy diserahkan di acara puncak CIC Open 2010.
…
Masih mengenakan seragam pramuka, gue berangkat ke acara puncak guna mengambil trophy dan hadiah yang sudah disediakan panitia. Alhamdulillah, gue dapat juara ketiga lomba rubik’s tingkat SMA se-wilayah 3 Cirebon dari 5 peserta. Nggak apa-apa, yang penting gue juara ketiga, walaupun dari lima peserta. Setidaknya gue udah bisa ngalahin dua peserta. Selain trophy, juga ada uang pembinaan sebesar seratus ribuah rupiah untuk juara ketiga.
Dan ini merupakan prestasi tertinggi yang pernah gue raih dan satu-satunya trophy yang terpampang di ruang tamu rumah gue. Satu-satunya yaah. Tidak ada trophy selain trophy ini. Kalau nggak percaya bisa cek sendiri di rumah gue.
Yang gue sesalkan adalah nggak bisa mengabadikan momen-momen ini, ketika pemberian penghargaan di depan banyak orang, karena handphone berkamera masih langka di pasaran. Sukar ditemukan. Bukan langka sih, guenya aja yang belum punya handphone berkamera.
Harapan gue dengan mendapat juara ketiga ini adalah pihak sekolah memberi penghargaan. Atau setidaknya diakui kalau gue berprestasi. Sebuah sertifikat atau apa. Dan berharap ketika upacara bendera hari Senin, nama gue disebutin dan disuruh maju ke depan menerima penghargaan. Bersanding dengan siswa-siswi lain yang berprestasi.
“Umar Wijaksono meraih juara ketiga lomba rubik’s tingkat SMA se-wilayah 3 Cirebon, silahkan maju ke depan” harapan gue pembawa acara mengungkapkan kalimat ini, dan tidak menambahkan kalimatnya menjadi seperti ini.
“Umar Wijaksono meraih juara ketiga lomba rubik’s tingkat SMA se-wilayah 3 Cirebon dari lima peserta, silahkan maju ke depan.”
“ . . . “
Namun, pihak sekolah tidak mengetahui hal ini. Karena gue juga daftarnya perorangan bukan atas nama sekolah dan uangnya juga bukan dari sekolah, dari pribadi. Sekolah nggak tau apa-apa tentang ini. Gue kira hanya teman-teman sekelas aja yang tau tentang ini. Ehh, di rumah banyak yang nanya.
“Mar, katanya kamu jago main rubik’s, terus juara 3 se-Cirebon” Tanya seorang teman.
“Iya, juara ketiga dari lima peserta”. Jawab gue.
Dan banyak juga yang minta diajarkan menyelesaikan sebuah rubik’s 4x4.
Juara III Lomba Rubik's
Reviewed by Unknown
on
2:57:00 AM
Rating: 5
.jpg)