Puji-Pujian
Alkisah,
disebuah masjid kecil yang masyarakat biasa menyebutnya langgar, mushola ada
beberapa anak kecil. Anak-anak kecil ini biasa ngaji di tempat ini bersama sang
guru. Sebelum maghrib anak-anak kecil sudah berada di mushola. Adzan dikumandangkan
oleh muadzin. Menggema ke seluruh penjuru. Sebelum iqomat, anak-anak kecil ini
melantunkan puji-pujian, melantunkan shalawat, 'mengajak' warga sholat berjama’ah.
A
: eling-eling umat, muslimin muslimat, berjama’ah .. . . . .
B
: dikentongi diadzani ora teka iku wong bakal cilaka, umat islam aja tinggal
sholat, tinggal sholat siksane berat, besuk ning alam akhirat. Sugih sawah
sugih mobil, besok mati tunggane katil harta benda ora ngintil sing ngintil ama
secuil.
C
: wujud, qidam, baqa’, mukholafatulilhawaditsi, qiyamuhu binafisihi, wahdaniyat,
qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama’, bashar, kalam . . . .
D
: Sholatullah salamullah ‘ala toha rasululillah . . .
Dalam
melantunkannya, terkadang anak-anak ini bercanda. Ketawa, teriak-teriak. Yaa,
namanya juga anak-anak. Jika anak-anak ini bergurau, bercanda, segera sang guru
mengingatkan.
Guru
: Ssssttttt, aja bari moregan (jangan sambal becanda), sholawate kang bener
(sholawatnya yang benar).
Anak-anak
pun segera merespon dan mengiyakan apa yang disampaikan sang guru, kemudian
melanjutkan kembali lantunannya.
Esok
harinya, anak-anak tersebut kembali berebut yang paling awal datang ke mushola
agar bisa melantunkan puji-pujian.
Suatu
hari, tiba-tiba ada orang yang tak dikenal oleh anak-anak mendekat. Kemudian orang
tersebut, menyampaikan sebuah pesan.
Orang
: anak-anak tau gak, yang seperti ini tidak dilakukan oleh nabi. Dan melakukan
yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi hukumannya neraka loh. “Sejelek-jelek
perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang
diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap
kesesatan tempatnya di neraka”
Anak-anak itu pun diam
tertunduk. Beberapa saat kemudian, iqomah dan seluruh jama’ah melaksanakan
ibadah sholat maghrib.
Keesokan harinya, saat
maghrib menjelang, mushola sepi dari anak-anak. Tak ada puji-pujian, tak ada sholawat,
tak ada yang ‘mengajak’ warga untuk sholat berjama’ah antara adzan dan iqomat.
Hari berikutnya, mushola tersebut tetap sepi dari anak-anak. Anak-anak tersebut enggan pergi ke mushola, enggan melantunkan puji-pujian, takut dianggap sesat, takut masuk neraka. Masyarakat pun bertanya-tanya, kenapa tak ada lagi anak-anak yang melantunkan sholawat, yang ‘mengajak’ sholat berjama’ah.
Puji-Pujian
Reviewed by Unknown
on
6:31:00 AM
Rating: 5
