Ceramah Maulid Nabi
Rabi’ul
Awal merupakan bulan kelahiran manusia mulia, manusia yang menjadi teladan,
manusia yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, manusia yang paling berpengaruh
di dunia, Nabi Muhammad SAW. Umat islam di Indonesia setiap tahunnya merasakan
kegembiraan atas bulan kelahiran Rasulullah dengan berbagai kegiatan yang
bermanfaat, seperti maulidan setiap malam pada bulan Rabi’ul Awal di Masjid,
kemudian acara-acara khitanan massal disertai ceramah agama. Meskipun ada
sebagian yang melarangnya, tetap saja masyarakat muslim Indonesia merasakan
kegembiraan melalui kegiatan - kegiatan. Ketika orang – orang non islam gencar
mengkampanyekan hari – hari besar mereka, kenapa kita tidak bisa mengkampanyekan
hari hari besar umat islam? Kalau kita nggak gencar, lama – lama umat islam
tergerus dalam peringatan hari besar bukan islam. Toh, ada ulama yang membolehkannya.
Jadi, tinggal pilih aja mau ikut yang mana. Tujuan peringatan maulid nabi ini
adalah mengenalkan sosok manusia mulia yang menjadi teladan kepada masyarakat
muslim. Kalau nggak dikenalin, bagaimana masyarakat tau tentang Rasulullah dan
akhlaknya yang mulia? Jadi bagaiamana hal itu tidak diperbolehkan?
Alhamdulillah,
atas izin Allah saya berkenan hadir dalam sebuah kegiatan peringatan maulid
Nabi SAW di Masjid. Kegiatan ini diawali pada pagi hari dengan arak – arakan,
kemudian dilanjutkan dengan khitanan massal, dan malam harinya diisi ceramah
agama yang disampaikan oleh ananda kita Muh. Ihya Ulumuddin yang pernah tampil
di televisi swasta dalam acara semacam dakwah anak kecil, serta Habib Hasan,
salah satu putra guru kita Kang Ayip Muh (alm) dari Jagasatru Cirebon.
Bocah
kecil bernama Muhammad Ihya ini berdiri menyampaikan sedikit nasihat kepada
hadirin yang terdiri dari anak – anak seumurannya, remaja, orang tua. Ananda
Ihya menyampaikan tentang implementasi ilmu dan iman. Dalam surah Al Mujadilah
ayat 11 disebutkan bahwa Allah mencintai orang – orang yang beriman serta orang
– orang yang diberi ilmu beberapa derajat.
“Hai orang-orang beriman apabila
dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (Q.S. Al Mujaadilah : 11)
Ananda
mengajak kepada hadirin untuk terus belajar, menuntut ilmu. Saya terenyuh
ketika ananda menyampaikan, “Alhamdulillah, agama ini terus berkembang pesat di
masyarakat, banyak DKM masjid, majlis – majlis bertebaran, tetapi sungguh
sayang ketika para pemuda hanya duduk terdiam, bahkan melakukan sebuah
kemaksiatan, bukannya menuntut ilmu, bukankah tulang punggung agama dan bangsa
ini adalah pada para pemudanya yang akan meneruskan generasi. Pemuda itu tubuh
masih kuat, otak masih segar, jiwa masih bergelora. Jadi, sudah seharusnya
terus menuntut ilmu, dengan membaca, menghadiri masjlis, dan lain sebagainya”.
Perasaan
berkecamuk dalam hati saya, antar sedih, terharu, kagum, senang menjadi satu.
Saya kagum pada semangat bocah kecil ini dalam belajar. Tapi disisi lain, “ah
sudah berapa seriuskah kamu belajar mar? Membaca aja kadang – kadang”. “Liat,
masa kamu kalah sama anak kecil yang semangat belajarnya sangat tinggi”. “Kamu
hanya makan, tidur, main game, nonton film, jalan –jalan, selfie”. Ini tamparan
bagi kita para pemuda.
Ananda
juga menyampaikan, dunia diraih dengan ilmu, akhiratpun diraih dengan ilmu.
Iman dan ilmu itu saling keterkaitan. Iman tanpa ilmu itu sia – sia, ilmu tanpa
iman itu bahaya. Jadi, mari kita terus belajar, belajar, dan belajar, kemudian
ilmu itu harus diimplementasikan dengan benar, dengan keimanan, dengan
mencontoh akhlak Nabi Muhammad SAW. Tutup ananda yang ternyata kelelahan,
karena baru saja pulang dari Majalengka langsung ke sini.
Yang
kedua disampaikan oleh Habib Hasan. Awal – awal beliau sangat bersyukur, bangga
dengan masyarakat kita, yang setiap bulan ini merasa gembira atas kelahiran
Rasul. Maka tak heran masyarakat tahu kapan Rasul dilahirkan melebihi kelahiran
orang tuanya sendiri. Dalam sebuah hadist dinyatakan, bahwa ada tiga hal yang
wajib diajarkan kepada anak. Pertama adalah senang atau mencintai Rasulullah
Muhammad SAW. Kedua anak diajarkan untuk mencintai keluarganya. Dan yang
ketiga, anak diajarakan untuk membaca Al – Qur’an.
“Didiklah anak anak kalian dalam 3
perkara : mencintai Nabimu, mencintai keluarganya, dan tilawah Al – Qur’an.
Sebab orang yang memelihara Al-Qur’an itu berada dalam lindungan singgasana
Allah SWT bersama para Nabi-Nya dan orang – orang yang suci, pada hari tidak
ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya”
(HR. Ath Thabrani dari Ali r.a)
Kenapa
seneng ning kanjeng Nabi luwih diutamakan daripada maca Al – Qur’an? Padahal
ketika membaca Al – Qur’an paling sedikit pahalanya adalah sepuluh. Dan Al
Qur’an merupakan Kalamullah. Kenapa? Ya, jika diumpakan. Seorang pemuda
menerima surat beramplop merah jambu, yang pertama senang kepada yang
menyampaiakannya bukan? Yaaa, jadi yang pertama adalah diajarkan senang kepada
sang penyampai, Muhammad SAW. Ketika sudah senang, insya Allah anak – anak akan
menirukan apa yang dilakukan Rasulullah.
Maka,
masyarakat kita jika seorang perempuan sudah memasuki bulan keempat
kehamilannya, diperdengarkan surah Luqman, Yusuf. Yaa, harapannya anak yang
dilahirkan menjadi anak yang sholeh seperti Nabi Yusuf AS, Luqman. Dan pada
tujuh bulannya itu ada tradisi mitui, nujubulanan, atau apapun namanya. Apa yang
dilakukan pada bulan ke tujuhnya? Diperdengarkan sholawat. Berharap anaknya
bisa meneladani akhlak Rasulullah.
Beliau
juga menyampaiakan tiga hal agar kita mencintai Rasulullah yang belum pernah
kita lihat, kita tak sezaman dengan Rasul. Sebenarnya banyak, namun beliau
merangkumnya menjadi tiga perkara agar kita mencintai Rasulullah. Pertama,
sholawat kepada Nabi Muhammad SAW, baik versi panjang, versi pendek, dimanapun
kapanpun, asal jangan ditempat – tempat yang tidak diperbolehkan saja, sepeti
toilet.
Di
sela – sela ceramahnya, Habib menyelipkan beberapa humor yang membuat hadirin
sedikit segar, tidak ngantuk. Ngantuk juga anugerah, coba saja kalau tidak ada
rasa ngantuk, langsung tidur. Orang yang sedang berkendara, tiba – tiba langsung
tidur, kan lebih berbahaya. Ngantuk itu pertanda bahwa pengen tidur. Jadi,
bersykurlah atas rasa ngantuk ini.
Kedua,
agar kita mencintai Rasulullah adalah menghadiri majlis – majlis. Majlis
bertebaran di mana – mana. Majlis ilmu, majlis sholawat, majlis halal haram.
Yang pentinga hadir dulu, perkara ngerti tidaknya ilmu yang disampiakan pada
majlis masalah belakangan. Guru saya dirumah juga sering menyampaikan, yang
penting ngaji dulu, nggak ngerti juga nggak apa-apa. Ngerti Alhamdulillah,
nggak ngerti juga Alhamdulillah sudah datang ke majlis. Datang ke majlis terus
pas di sana sambil ngantuk, yaa nggak apa-apa, daripada nggak hadir, terus
melakukan yang tidak benar. Yaa mending datang ke majlis, terus ngantuk kan?
Yang penting niat ke majlis yang benar.
Ketiga,
agar kita mencintai Rasul adalah dengan melaksanakan sunah – sunahnya. Dalam
melaksanakan sunahnya pun yang penting istiqomah, terus menerus, berkelanjutan.
Sedikit yang penting istiqomah. Aja akeh – akeh tapi setahun sepisan. Mending
sedikit tapi setiap hari. Dan jangan membenci sunahnya kalau tidak
melaksanakannya, ditakutkan bisa kwalat. Kalau belum bisa melakukan sunahnya,
bilang aja lagi males, jangan sampai meremehkan bahkan membencinya.
Sedikit
isi ceramah acara maulidan J
Ayo
maulidan :D.
Yaa Nabi Salam’alaika.
Ceramah Maulid Nabi
Reviewed by Unknown
on
7:08:00 AM
Rating: 5
