Iseng Iseng Berhadiah


Tanpa kesulitan yang berarti gue bisa naik ke kelas XII (dua belas). Karena menurut gue, dalam sekolah, jika ingin naik kelas itu mudah, yang penting masuk, absen, mengerjakan tugas, belajar, ikut dan bisa mengerjakan ujian. Itu saja yang membuat bisa naik kelas. Jika siswa bisa melaksanakan ini dijamin bisa naik kelas dengan mudah. Bukankah itu memang kewajiban seorang siswa yaah? Iya juga sih.

Awal masuk kelas dua belas, gue langsung melihat-lihat daftar siswa yang masuk kelas tersebut. Melihat di kelas dua belas ipa 3 nggak ada, di kelas dua belas ipa 2 juga nggak ada nama gue. Berarti gue masuk kelas XII IPA 1. Dan memang benar nama gue ada di kelas XII IPA 1, yaitu di urutan absen hampir terakhir, karena huruf pertama nama gue adalah alphabet 6 terakhir. Menurut cerita-cerita dulu, katanya kelas ini itu kelas the best, tempatnya orang-orang pintar dalam bidang akademiknya, jadi siswa-siswi yang masuk peringkat 10 besar di kelasnya ketika kelas XI itu masuk ke kelas ini. Katanya.

Seiring berjalannnya waktu, ternyata benar, orang-orang di kelas ini hebat-hebat. Teman-teman gue jago dalam hitung menghitung. Mereka juga rajin-rajin. Terkadang faktor lingkungan bisa mempengaruhi seseorang. Menurut ilmu sosiologi yang gue dapet juga begini. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang adalah salah satunya faktor keturunan dan faktor lingkungan. Namun setelah dapat pencerahan dari seorang teman, bahwa faktor lingkungan kadang tidak sepenuhnya berpengaruh membentuk kepribadian seseorang. Karena sudah ada contohnya, Muhammad saw. beliau hidup di lingkungan jahiliyah, namun beliau tampil sebagai manusia teladan sepanjang zaman, dan ternyata lingkungan yang buruk tidak berpengaruh terhadap kepribadian beliau. Gue pun merasakan seperti ini, Alhamdulillah Tuhan masih menjaga gue, do’a orang tua juga berpengaruh. Lingkungan sekitar rumah gue, bisa dibilang yaa . . begitulah, buruk. Dan Alhamdulillah gue nggak ikut-ikutan terjerumus ke dalamnya. Bangun sistem imun di luar lingkungan yang buruk. Boleh berbaur asal jangan melebur. Tapi salah satu cita-cita gue adalah dengan izin-Nya mampu merubah lingkungan sedikit demi sedikit. Mungkin hari ini gue hanya bisa berdo’a, tapi suatu saat gue harus bisa berpengaruh terhadap lingkungan, setidaknya anak-anak mereka lebih baik.

Karena lingkungan kelas gue ini adalah positif, maka gue pun ikut-ikutan rajin. Ketika teman-teman kelas sedang belajar dan mengerjakan soal bareng, gue ikut nimbrung. Yaa, sekedar melihat dan minta diajarkan materi yang tidak dimengerti. Belajar sama temen itu lebih mudah dimengerti daripada belajar sama guru di kelas. Kalo belajar sama teman itu bisa nanya apa aja sesuka gue, yang ini dari mana, yang ini belum ngerti, yang ini caranya gimana? Kalo belajar sama guru di kelas, ada rasa malu untuk bertanya ketika ada materi yang tidak di mengerti. Malu diketawain yang lain, karena pertanyaannya mudah sekali, sepele. Atau juga karena gurunya galak, killer, jadi enggan untuk bertanya materi yang tidak dimengerti. Tapi sebenarnya tidak ada pertanyaan yang salah. Itulah yang mungkin dirasakan juga oleh sebagian siswa seperti gue.

Masuk semester II kelas dua belas, barulah gue harus buat rencana mau ngapain setelah lulus nanti. Rencana gue adalah kuliah. Gue coba daftar kuliah sana sini. Dan ketika ditanya oleh guru atau teman,

“kamu mau daftar mar?”
“Iya bu, iseng-iseng berhadiah” (sambil senyum) gue jawab.

Iseng-iseng berhadiah.

Kata-kata ini yang selalu keluar dari mulut gue ketika hendak melakukan sesuatu. Tepatnya adalah ketika sibuk mendaftar kuliah di perguruan tinggi jalur beasiswa. Dari mulai test masuk Institut Teknologi Bandung, Universitas Nasional Pasim Bandung, Universitas Teknologi Yogyakarta, sampai SNMPTN Undangan dan SNMPTN Tulis di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Pendidikan Indonesia.

Ketika ditanya, “Mar, kamu daftar nggak SNMPTN Tulisnya?”
Dengan senyuman, gue jawab, “Daftar, iseng-iseng berhadiah”

Kata-kata ini gue dapatkan dari seorang teman yang rumahnya tidak jauh dari rumah gue. Dia usianya lebih tua dari gue. Dia selalu bilang ‘iseng-iseng berhadiah’ ketika membuat sebuah lagu yang kemudian menyuruh gue dan teman-teman gue yang lain mengaransemen lagu yang telah dibuat tadi. Gue pun jadi ikut-ikutan ‘iseng-iseng berhadiah’.

Yang selaras dengan kata-kata gue temukan di sticker try out yang diadakan oleh mahsiswa-mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri,
‘mencoba bukan berarti asal-asalan’

Seolah-olah kata-kata ini yang membuat gue merasa tak terbebani dengan berbagai test masuk perguruan tinggi. Kalau lulus, masuk dan diterima, yaa Alhamdulillah. Kalau gagal dan tidak diterima yaa sudahlah, kan iseng-iseng berhadiah J

Tetapi, seperti yang dikatakan teman gue, “mencoba juga bukan berarti tanpa persiapan”. Gue persiapin semaksimal mungkin, dari meminjam buku ke teman, belajar bareng, dan berdo’a, ‘santai tapi sukses’. Itulah persiapan gue.

Tetap optimis dan serahkan hasilnya kepada Allah. Dia lah yang maha mengetahui yang baik untuk hambanya. 

No comments:

Powered by Blogger.