Kisahku : Intifada Cetar Membahana di FDC 2012


Rencanaku hari kamis (29/11/12) pulang ke Cirebon gagal. Karena ada beberapa hal yang dipertimbangkan dan harus diselesaikan. Aku dihadapkan pada dua pilihan. Pilihan yang menurutku sama-sama penting, yaitu antara ikut jadi panitia LDKI (Latihan Dasar Kepemimpinan Islam) atau pulang ke Cirebon nonton Gita Swara Intifada di FDC (Festival Drum Band Cirebon) juga ada kepentingan keluarga. Karena tak ingin melewatkan penampilan Intifada di FDC secara live, akhirnya aku putuskan untuk pulang ke Cirebon. Jum’at sore setelah membeli sebuah kaca mata, ku naiki angkot yang arahnya ke Terminal Cicaheum. Sampai di Cicaheum, tak kulihat bus ekonomi ataupun elp yang ke Cirebon. Angkot ini cocok dengan kantongku yang sisa uangnya hanya 30 ribu J. Karena bus atau elp nya tak kunjung datang, aku susuri jalanan dengan jalan kaki. Hujanpun turun, ku hentikan angkot Cileunyi dan segera masuk ke dalam. Di tengah perjalanan kulihat dibelakang ada bus yang bertuliskan Cirebon. “ kiri . . . kiri . . .” kataku. Turun dari angkot langsung naik yang kulihat tadi. Duduk di kursi tengah bus, selang berapa menit, kondektur meminta ongkos, ku sodorkan uang 25ribu.

Tiba di Plered sekitar pukul 21.00 WIB, sebelum pulang ke rumah, aku sempatkan shalat di Masjid Weru. Ketika ingin pulang tiba-tiba handphone nge-blank. Sempat kulihat truk yang membawa team Intifada setelah gladi bersih di SMA Al-Azhar. Namun, di seberang jalan terlihat seorang pria naik sepeda motor dan berhenti, kemudian pria itu melihat dan mengajakku. “pria ini dari Intifada, ang Baliya atau ang Bo’I ataupun siapalah” pikirku. Setelah mendekat ternyata bukan dari Intifada, pria itu tukang ojeg :). “ a’ jadi ngojeg enggak ? “ kata nya. Aku pura-pura tidak tau saja, langsung jalan ke arah Megu. Di jalan tol Megu dijemput oleh Yopi. Sebelum pulang ke rumah, aku ikut membantu membereskan alat-alat buat besok.


Esok harinya (01/12/12) aku ikut rombongan team Intifada ke GOR Ranggajati Sumber Cirebon. Intifada dapat nomor 1 untuk kategori senior brass. Setelah adzan dzuhur berkumandang, Inifada masuk ke lapangan Ranggajati untuk parade. Penonton bersorak menyambut Intifada. Tiga lagu yang dimainkan adalah Middle Bimbo, Warung Pojok, dan Jagalah Hati. Setelah parade istirahat sejenak sambil makan siang dan shalat dzuhur. Sekitar pukul 15.00 WIB, penampilan terakhir kategori senior non brass. Panitia menginstruksikan 15menit istirahat sejenak. Kami mempersiapkan bendera untuk Colour Guard. Tiba-tiba suara gemuruh sorak penonton membahana di dalam GOR setelah masuknya Ojan berseragam Intifada, padahal Cuma mau membenarkan bendera yang agak kejauhan. 

Suara gemuruh penonton kembali terdengar lebih meriah ketika Intifada masuk ke dalam GOR. Lagu pertama yang dimainkan adalah Makhluk Tuhan Paling Sexy (Mulan Jameela), ditengah lagu penonton disuguhi dengan penampilan solo percussion oleh Goyol. Goyol dengan lihainya memainkan stick di atas senar sehingga menimbulkan suara yang membuat penonton berdecak kagum. Lagu terakhir yang dimainkan adalah Perempuan Paling Cantik Di Negeriku Indonesia (Dewa 19). Sebelum masuk ke lagu ada penampilan solo brass oleh Syauqi yang sudah tidak asing lagi namanya di dunia drum band di Cirebon. Beliau melatih di beberapa sekolah.
Kembali suara penonton bergemuruh melihat penampilan duet brass oleh duo Agus :). Bahkan katanya ada beberapa ibu-ibu sampai menangis melihat penampilan Intifada. Mereka mengakhiri penampilannya dengan gaya sang juara sejati disambut tepuk tangan meriah penonton. Suasana penonton kembali hening setelah penampilan Intifada. Ada juga yang keluar, dan katanya Intifada udah main, yaa pulang aja. Ini menunjukkan bahwa penampilan Intifada memang ditunggu-tunggu dari tahun ke tahun. Setelah tahun 2010 tidak ikut memeriahkan FDC dan tahun kemarin 2011 menyabet juara umum senior brass. 

Dan tahun ini Intifada kembali mempertahankan juara FDC divisi senior brass dengan menyabet semua juara dari kategori Gitapati sampai kostumpun juara, kecuali solo percussion hanya mendapat kedua. Namun, di akhir acara atau pengumuman pemenang tak terlihat begitu tegang seperti tahun kemarin, sampai-sampai semua anggota Intifada tak menyadarai bahwa kita itu juara, karena suaranya yang tidak jelas. Kata Ang Opik “ suara nya kaya mang Hasyim , didodet didodet “ :).
Kerja keras dan do’a membuahkan hasil yang sangat membanggakan. Semua anggota Intifada terlihat bahagia terpancar dari wajah-wajahnya. Kami juga sebagai masyarakat Desa Bodelor dan sekitarnya turut berbangga atas prestasi yang selama ini diukir oleh Intifada. Rencana selanjutnya yaitu tahun 2012 Intifada turut memeriahkan festival di Sumedang dan Bandung. Mudah-mudahan rencana bisa direalisasikan dengan dukungan masyarakat Bodelor. Aamiin.

Teruslah berkarya, teruslah ukir prestasi demi prestasi, saat yang lain pesimis dengan kemampuannya, jadilah inspirasi buat semuanya. Inspirasi yang membawa pada kegiatan positif. “Membanggakan orang tua bukan hanya dengan materi saja, tapi dengan prestasi yang kita raih itupun bisa membanggakannya”. Jadilah kebanggaan masyarakat Bodelor.

Akhirnya, Minggu (02/12/12) aku harus kembali menjalankan amanah sebagai pelajar yang mempunyai mimpi besar tapi tak sebesar orangnya :). Terima kasih semuanya, semua yang sudah membaca cerita ini. Semoga bermanfaat. Lagi belajar menulis. :)

Jangan lupa follow @umar_wijaksono :) .

No comments:

Powered by Blogger.