Ada Apa dengan Acara Cirebon Berdzikir dan Tabligh Akbar?
Di daerah Cirebon dan sekitarnya akhir-akhir ini katanya lagi musim ‘Habib Syekh’. Siapakah Habib Syekh? Saya pun tidak tahu persis siapa beliau dan dari mana asalnya. Yang saya tahu adalah beliau berdakwah melalui syair islam yang dilantunkan dan diiringi rebana dan sejenis alat musik lainnya. Hanya sebatas itu yang saya tahu. Selebihnya saya benar-benar tidak tahu.
Barulah saya tahu siapa beliau ketika
melihat sebuah poster tentang kegiatan Cirebon berdzikir dan tabligh akbar yang
disitu ada nama beliau, yaitu Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf. Semoga Allah
meridhai beliau. Aamiin. Namun sampai hari ini saya belum mengenal lebih dalam
tentang beliau. Asalnya juga belum tahu.
Beberapa waktu kemarin ada acara besar
bertema “Cirebon Berzikir dan Tabligh Akbar” bersama As-Sayyid Syaikh Hisyam
al-kabbani (Amerika) dan ulama se-dunia. Karena saya lagi di Cirebon, saya
sempatkan untuk menghadiri acara tersebut. Selain ingin ke majelis ilmu, juga
penasaran dengan beliau, Habib Syekh.
Selepas mahgrib dan mendekati waktu
isya, saya bersama rekan-rekan remaja lainnya menuju ke sebuah acara yang
bertempat di alun-alun kejaksan Cirebon tersebut. Sesampainya di sana saya
lihat begitu ramai dan penuh dengan manusia-manusia dengan sarung, peci dan
baju takwanya. Walaupun ada juga yang mengenakan celana, tapi semuanya terlihat
rapih dengan pakaian yang dikenakannya.
Dan ketika pertama kali melihat
suasana dan panggung acara ini, ada sesuatu yang aneh yang membuat saya
bertanya-bertanya. Seperti ada kejanggalan yang saya rasakan dalam hati.
Kejanggalan-kejanggalan itu selalu muncul dalam benak saya. Kejanggalan yang saya rasakan
dan saya amati itu kemudian memunculkan ide untuk menuliskan tulisan ini.
Pertama, tempat. Tempat acara ini,
menurut saya sedikit aneh. Kita tahu kalau bulan-bulan ini kan sedang musim
hujan. Kenapa harus di lapangan atau alun-alun terbuka? Kenapa nggak di tempat
tertutup atau masjid misalnya, atau aula masjid. Atau nggak dipasang semacam
tenda atau tarub di lapangan tersebut. Tapi, nggak mungkin juga kalau pasang
tenda. Terlalu luas. Yaa, pokoknya yang kira-kira bisa mengantisipasi hujan lah.
Ditambah tata panggungnya yang seperti konser musik. Sungguh aneh untuk acara
seperti ini.
Kedua, berawal dari tempat yang
seperti itu. Orang-orang yang menghadiri dipaksa untuk berdiri, karena memang
tidak ada tempat duduk yang layak dan ditambah hujan pula. Inilah yang memicu
hadirin berdesak-desakan dibarisan depan. Dan ketika acara dilmulai, kemudian
Habib Syekh melantunkan syair islam yang penuh makna. Sambil mendengarkan Habib
Syekh, mereka yang berdiri di barisan depan, boleh dibilang berjoged. Dan
bendera-bendera yang saya sendiri tidak tahu bendera apakah itu, berkibar
diatas kepala mereka. Sesekali juga mereka melantunkan syairnya. Dalam pikiran
saya, kenapa kayak gini sih? Ini kok jadinya seperti konser musik yah, bukan
seperti berdzikir, bedanya diringi syair islam -_-. Kenapa harus berjoged dan
mengibarkan bendera? Kenapa nggak diam saja, dan menikmati lantunan syairnya
sambil sesekali bolehlah mengangkat kedua tangan ke atas? Kenapa coba? Ini
sesuatu yang ganjil menurut saya. Kali pertama saya melihat acara yang
bertemakan dzikir dan tablgih akbar seperti ini. Apakah sayanya yang salah atau
konsep acaranya yang tidak benar?
Ketiga, berawal dari tempat juga.
Tidak ada hijab antara laki-laki dan perempuan. Semuanya menumpuk dalam satu
lapangan. Aneh, untuk acara keagamaan seperti ini kok nggak ada hijabnya, nggak
ada batasan tempat antara laki-laki dan perempuan. Dari sinilah, tak jarang
muda-mudi datang berdua dengan yang katanya adalah pasangannya. Astaghfirullah
:(
Keempat, inilah yang paling janggal
buat saya. Ketika ketua panitia memberikan apresiasi kepada pihak yang telah
membantu acara tersebut, dan ternyata yang paling pertama disebutnya adalah
perusahaan rokok :(. Inikan sesuatu yang aneh menurut saya. Kok
bisa-bisanya yah acara agama seperti ini disponsori oleh perusahaan itu.
Seperti mengkampanye-kan rokok, menurut saya. Sudah jelas-jelas rokok itu
berbahaya. Mungkin menurut yang baca tulisan ini, saya rasis. Enggak apa-apa
deh, ini kan unek-unek saya aja. Sebenarnya nggak rasis juga sih. Yaa,
maksudnya kan ada tempat-tempatnya. Misal acara konser musik, okelah nggak
apa-apa disponsori perusahaan ini. Lah ini, acaranya bertemakan berdzikir dan
tabligh akbar bro, masak disponsori perusahaan ini sih. Apa nggak ada sponsor
lain yah? Rabbani misalnya, atau apa gitu yang kira-kira pas sama acaranya.
Kejanggalan di atas selalu menghantui
saya selama acara berlangsung. Dan membuat saya kesel dengan konsepan acara
tersebut. Gara-gara kekesalan ini, sandal yang saya pakai hilang di depan toilet
masjid. Nggak nyambung yaah? Nyambung kok. Yaa, mungkin Allah menguji kesabaran
saya yang lagi kesel. Terus juga sandalnya murahan ini. Hehe. Jadi saya
abaikan.
Terlepas dari kejanggalan tersebut,
tentunya ada beberapa hikmah dari acara tersebut. Orang-orang mendapatkan
rezeki-Nya melalui acara ini, dengan berdgang kopi, paying, dan tempat duduk
yang terbuat dari plastik. Dan sejujurnya, saya menghadiri acara ini adalah
untuk mendengarkan nasihat yang disampaikan ulama-ulama besar. Yang saya tangkap
dari nasihat beliau-beliau adalah tentang keutamaan berdzikir dan bershalawat.
Tapi tidak mendalam yang saya dapatkan karena saya sudah di sms, ditunggu
diparkiran. Pulang. Yaaah.
Mudah-mudahan ketika kelak
saya mengkonsep acara tidak seperti ini. Aamiin.
Ada Apa dengan Acara Cirebon Berdzikir dan Tabligh Akbar?
Reviewed by Unknown
on
12:02:00 PM
Rating: 5
