Perbedaan Eksekutif dan Ekonomi
Di kota-kota besar,
kemacetan merupakan pemandangan yang tidak asing lagi. Contohnya di Jakarta dan
Bandung, kemacetan terjadi di mana-mana. Apalagi jika jam-jam kerja, macetnya
minta ampun. Tentunya bagi pengendara sepeda motor bisa salip kanan salip kiri.
Nah, untuk pengendara mobil susah untuk salip-salip seperti itu. Mending buat
yang naik mobil pribadi bisa menikmati kemacetan di dalam mobil sambil santai
dan tidur. Lah, untuk yang pecinta angkot kayak gue? Yang ada rasa resah dan
gelisah yang terus menyelimuti. Pernah gue alami, jarak sekitar 1 KM
(Setidabudhi Bandug – Rumah Mode) naik angkot membutuhkan waktu 30 menit.
Pernah juga naik motor dari Terminal Leuwi Panjang Bandung sampai Soreang Kab.
Bandung membutuhkan waktu 5 jam, yang biasanya kalau nggak macet paling lama 2
jam. Gara-gara ada pertandingan PERSIB di Sijalak Harupat. Gilaaaa men.
Kemacetan ini disebabkan
oleh volume kendaraan yang tidak sebanding dengan ruas jalan. Pemerintah pun
tidak diam menangani masalah ini. Dari mulai pelebaran jalan, pembangunan jalan
tol, dan lain sebagainya dilakukan untuk mengatasi kemacetan. Namun semuanya
seperti tidak menghasilkan secara signifikan. Ada sebuah solusi yang gue
dapatkan dari acara televisi nasional. Menurut gue ini solusi jitu banget buat
mengatasi kemacetan. Jadi begini solusinya, biasanya kendaraan yang bergerak
melalui jalan raya, sekarang coba kendaraan yang diam dan jalan raya yang
bergerak. Nggak macet dan tepat waktu.
Transportasi darat yang
nggak kena macet adalah kereta api. Yaah, ini alternatif buat pecinta
transportasi umum agar tidak terjebak dalam kemacetan.
Semenjak PT. KAI
menyediakan kereta Ciremai Ekspres Cirebon-Bandung PP, gue jadi lebih memilih
naik kereta daripada naik bus. Tidak macet dan murah, karena masih promo. Promonya
sampai maret 2014. Buruan banyakin bolak balik Cirebon-Bandung, mumpung masih
promo.
Pernah gue ngalamin naik
kereta api yang eksekutif. Bukan, bukan sengaja, tapi terpaksa karena yang
ekonomi sudah habis. Setelah ngalamin naik kereta yang eksekutif, gue coba
simpulkan beberapa perbedaan ‘eksekutif’ dengan ‘ekonomi’ dalam kereta api.
Harga
Dari harga jelas berbeda
antara yang ekonomi dan eksekutif. Yang ekonomi harga tiket Rp. 50.000,- (masih
promo). Sedangkan yang eksekutif bisa dua kali lipatnya kurang sedikit.
Tempat Duduk
Dari segi tempat duduk
juga berbeda. Yang ekonomi tempat duduknya berhadap-hadapan dengan sandaran
yang begitu tegak lurus sehingga sulit untuk tidur. Sedangkan yang eksekutif
tempat duduknya seperti halnya dalam bus, tentunya lebih bersih, lebih empuk
dan lebih nyaman. Selain itu juga tempat duduknya bisa diputar. Jadi walaupun
kereta berangktanya berbalik arah, tetap duduk menghadap kemana laju kereta.
AC
AC yang eksekutif lebih
terasa dari AC yang ada di ekonomi.
Pelayan
Kalau di pesawat namanya
pramugari, kalu di kereta apa yah namanya? Yaa pokoknya itu deh, pelayan. Yang
biasanya nawarin makanan dan minuman. Di gerbong ekonomi pelayan yang
menawarkan makanan adalah seorang cowok berpakain rapih dan berdasi. Yaah,
pria. Nah, kalau yang di eksekutif itu pelayannya cewek. Berharap ditawarin
makanan, eh karena tampang gue yang gini, jadi lewat aja itu pelayan.
Hasyeemmmm.
Bantal
Perbedaan yang sangat
mencolok lagi adalah bantal. Di ekonomi tidak tersedia bantal. Namun di
eksekutif tersedia bantal, walaupun kecil. Namun sayang, bantalnya tidak bisa
dibawa pulang. Penumpang kecewa.
Segitu saja perbedaan
antar ‘ekseuktif’ dan ‘ekonomi’ menurut pengalaman gue sendiri.
Follow @umarwijaksono
Perbedaan Eksekutif dan Ekonomi
Reviewed by Unknown
on
11:11:00 AM
Rating: 5
