Resensi Buku “ Keajaiban Belajar"
Apa
respon anda ketika mendengar kata belajar? Kesenanagan, kesulitan, beban, atau
tantangan? Jika anda menjawab kesenangan, maka anda berada di jalur yang benar.
Tunggu saja waktunya anda akan meraih kesuksesan. Memang belajar adalah suatu
keharusan. Hewan saja belajar apatah lagi manusia yang dianugerahi mesin pintar
yang mengagumkan (otak). Secara umum otak kita terbagi menjadi ; otak besar,
otak kecil, dan batang otak. Otak besar terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu
kanan dan kiri. Otak kiri, tekun pasti sukses. Otak kanan, santai tapi juga
sukses. Keduanya harus seimbang, bayangkan ketika otak kiri saja yang bekerja,
maka tidak akan ada warna kehidupan orang tersebut, monton. Jadi amat salah
jika dikira ketika otak kanan bekerja, saat itu otak kiri nganggur atau
sebaliknya.
Mengapa
kita harus belajar? Yang paling utama, sebagai orang bertuhan, tentu tiada lagi
tujuan kita selain mengabdi pada-Nya, apapun agamanya. Kemudia kita harus
mencari tujuan-tujuan kecilnya, di antaranya kemudahan hidup, ilmu sangat
menarik, kemajuan negara, dan kekayaan.
Dimana
kita belajar? Pertama dan terutama adalah keluarga, kemudian lembaga formal,
lembaga non formal, homescooling, media cetak, media massa, dan perpustakaan
yang tak terbatas yaitu internet.
Apa
tujuan belajar kalau bukan ilmu dan skil? Kalau begitu di mana tempat terbaik
untuk meraih ilmu sekaligus skil tersebut? Ada suatu tempat yang di dalamnya
murid tak merasa menjadi murid, guru pun tak merasa jadi guru dan bahkan tempatnya
tak merasa jadi sebuah sekolah. Tapi di situlah para penghuninya mengajar
penghuni baru. Si penghuni baru belajar dari pendahulu dan tempatnya. Dan semua
merasa punya tujuan yang sama. Mereka merancang sendiri kurikulum mereka,
pencapaiannya, dan mereka sendiri yang melihat standar keberhasilan mereka.
Itulah organisasi, the living school.
Permasalahannya
adalah tidak semua orang bisa belajar. Banyak hal yang bisa menghambat dan
mengganggu kemajuan belajar, bahkan sering juga terjadi kegagalan. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan kesulitan belajar, yaitu faktor keluarga, faktor
sekolah, dan faktor masyarakat.
Untuk
itu kita harus tahu terlebih dahulu metode-metode yang digunakan dalam proses
pembelajaran, agar proses belajar mengajar menyenangkan dan hasil yang diraih
memuaskan.
Seperti,
akan berbeda ketika kita belajar bahasa dengan belajar ilmu alam. Bahasa adalah
skil komunikasi, maka ia butuh latihan yang banyak. Lain lagi belajar ilmu
alam, ia butuh curiosity (rasa ingin
tahu) tinggi, juga butuh keakuratan.
Beda
karakter juga seharusnya beda cara belajarnya. Contohnya, jika orang sanguinis,
mereka suka belajar dengan cara yang menyenangkan, belajar sambil bermain.
Begitu juga dengan orang koleris, phlegmatis, dan melankolis akan berbeda. Ada juga beberapa gaya belajar,
ada tipe visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik.
Kita
itu harus belajar aktif. Bagaimana belajar aktif itu? Menurut Silberman, agar
belajar menjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka
harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan
apa yang dipelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat , dan
penuh gairah.
Ada
juga metode peer teaching: ajari temanmu! Ini adalah metode mengajar teman
sebaya atau mengajar teman sesama murid. Metode ini diyakini membuat siswa bisa
lebih tertarik dengan pelajarannya, membuat kesan lebih kuat, dan membuat
akselerasi belajar yang lebih cepat, tak
hanya murid, tapi juga gurunya.
Ataukah
mengapa kita berpikir lambat ? Mungkin ini salah satu solusinya dengan membuat
sebuah alat berpikir (thinking tool)
yang menggunakan otak kiri dan otak kanan secara simultan dan sinergis yaitu
mind map. Mind map adalah sebuah
teknik grafik yang menyediakan suatu kunci global untuk membuka seluruh potensi
otak manusia sehingga dapat menggunakan kemampuan yang ada di kedua belah otak,
seperti gambar, kata, angka, logika, ritme dan warna dalam suatu cara unik.
Pernahkah
mendengar kata-kata “ikatlah ilmu dengan menuliskannya” kira-kira seperti itu.
Memang seperti itu harusnya. Ingat! Pada dasarnya menulis dann mencatat dalah
berbeda. Menulis itu adalah menuangkkan ilmu yang kita miliki dalam tulisan.
Sementara mencatat adalah menuangkan ilmu dari teks ke teks yang lain. Menulis
membuat kita jenius. Jutaan manfaat menulis, “jika Anda ingin abadi tulislah
buku”.
Ada juga 5 dosa
mencatat, apa saja ? Pertama, mencatat sepertinya sesuatu yang bagus, Jika kita
mencatat tiba-tiba kesan intelektual seakan menempel yang membuat kita bangga.
Namun ironisnya anak-anak atau adik-adik kita sering berkedok dengan mencatat
mereka sudah belajar. Jadi, ini waktunya
bermain, bukan? Dosa yang kedua, akan muncul dari dalam diri kita rasa ingin
menunda memahami pelajaran. Dosa yang ketiga, mecatat akan melenyapkan kedahsyatan
kemampuan otak yang kita miliki. Dosa yang keempat, mencatat membuat kita tidak
memberi perhatian yang cukup saat kita mendengar pelajaran yang disampaikan.
Dan dosa yang terakhir adalah mencatat akan mencuri banyak waktu kita.
Pernahkah
melihat anak kecil yang di masa kecilnya dengan lantang mengucapkan ‘Aku ingin
menjadi presiden!’ ‘Aku ingin menjadi insinyur!’. Belasan tahun bersekolah
telah merubah mereka menjadi orang-orang yang pesimis. Bukankah si anak tak
mengenal kata menyontek, tapi sekolahlah yang mengajarkannya? Sekolah juga
mengenalkan anak-anak dengan nilai atau skor. Sehingga mereka belajar bukan
karena kebutuhan tapi karena mengejar nilai atau skor.
Ketika
anda menjadi guru, maka jadilah guru yang mengajar dengan hati, karena ‘the best teachers from the heart, not from
the book’. Guru tak semestinya tergantung pada buku atau fasilitas
tercanggih sekalipun, karena yang diajar adalah manusia yang memiliki otak dan
hati. Teruslah bakar semangatnya dengan kata-kata motivasi. Jadilah teladan
yang baik bagi murid-muridnya. Panggilah namanya dan tak semua orang sama.
Jangan menyamaratakan karakter dan kemampuan si murid. Karena setiap orang
berbeda-beda.
Dan
satu lagi pahamkan untuk apa mereka belajar ? Siswa tak akan pernah memahami pelajaran sampai mereka paham untuk
apa mereka mempelajarinya. Dan mereka tak akan tahu untuk apa suatu pelajaran,
sampai ada sang guru yang memahamkan mereka akan itu.
Akhir
kata, jadikan belajar sebagai kebutuhan dan untuk pengabdian pada-Nya. Dan
temukan keajaiban-keajaiban belajar lainnya.
Terima
kasih ini saya sampaikan kepada Mr. Yunsirno yang telah menginspirasi banyak
orang lewat penanya. Kesan yang tak terlupakan ketika belajar di Sang Bintang
School dengan motto nya “Mengajar dengan hati, belajar dengan pikiran”.
Go
Indonesia Jenius 2018 !!!
Salam
Jenius dari Umar Wijaksono SBS Cirebon angkatan 4
Aku udah cari kemana mana ngga ada
ReplyDelete