Rencana-Nya Begitu Indah
Hari yang melegakan hati bagi siswa-siswi
Sekolah Menengah Atas kelas tiga setelah mendapat pengumuman kelulusan sekolah.
“yeah… kita lulus”. Teriak salah seorang teman seangkatan hanifah.
Namun tidak bagi hanifah dan sahabat baiknya, dua orang remaja yang beranjak dewasa itu masih belum merasa lega hatinya. Walaupun sebenarnya mereka telah dinyatakan lulus dari salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di Bandung. Hatinya belum merasa tenang karena menunggusatu pengumuman lagi. Sebuah harapan bagi hanifah untuk bisa lanjut pendidikan ke Tingkat Perguruan Tinggi.
“yeah… kita lulus”. Teriak salah seorang teman seangkatan hanifah.
Namun tidak bagi hanifah dan sahabat baiknya, dua orang remaja yang beranjak dewasa itu masih belum merasa lega hatinya. Walaupun sebenarnya mereka telah dinyatakan lulus dari salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di Bandung. Hatinya belum merasa tenang karena menunggusatu pengumuman lagi. Sebuah harapan bagi hanifah untuk bisa lanjut pendidikan ke Tingkat Perguruan Tinggi.
Hanifah menanti pengumuman beasiswa S1 yang ia ikuti beberapa minggu yang lalu. Baginya beasiswa adalah eskalator untuk ia terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hingga di suatu sore, tepat pengumuman penerima beasiswa S1 yang diumumkan lewat situs internet. Di hadapan layar komputer, dengan wajah yang Nampak sangat gelisah dan perasaan hati yang bercampur aduk serta detak jantung yang makin kencang.
“ya Allah… tenangkanlah hatiku. Aku sangat berharap pada-Mu. Ini satu-satunya kesempatanku untuk bisa kuliah”. Ucap hanifah berharap dalam hatinya.
Setelah beberapa menit hanifah menunggu loading dari situs yang ia buka. Lalu Nampak dari layar komputer daftar nama-nama penerima beasiswa S1. Hanifah sangat berharap namanya tercantum di salah satu daftar nama penerima beasiswa.
“………..”. seketika perasaannya mati. Tak sanggup berkata apa-apa. Semakin lama terdiam, tetesan air jatuh dari kedua bola matanya yang memerah berkaca-kaca. Ya. Nama hanifah tidak tercantum sebagai nama penerima beaiswa. Namun Diana, sahabat baik sekaligus teman seperjuangannya. Ia diterima sebagai penerima beasiswa S1.
Hanifah tak dapat berbuat apa-apa. Ia tak bisa memaksakan kehendaknya untuk bisa kuliah. Jika ia harus memaksakannya, maka itu sama halnya ia membuat susah dan membebani kedua orangtuanya yang hanya berpenghasilan pas-pasan untuk tetap bisa menyambung hidup.
“ibu… bapak hanifah mau kerja saja dulu. Tapi
kerja apa ya bu?” tanya hanifah pada kedua orangtuanya dengan meminta sebuah
jawaban sebagai titik terang untuknya menentukan sebuah tindakan.
“kamu bekerja di pabrik seberang desa saja, lumayan upahnya Nif”. Saran sang ibu pada hanifah.
“ya… kalau ayah terserah kamu”. Ungkap sang ayah.
Beberapa menit setelah ungkapan kedua orangtuanya. Ucapan sang ibu pun kembali hanifah pikirkan. Lalu dengan tegas hanifah memutuskan.
“kalau begitu hari ini juga nifa akan siapkan
surat lamaran kerja dan berkas lainnya untuk besok melamar kerja ke pabrik”.
Dengan semangat hanifah yangs seolah lupa ingatan akan kegagalannya mendapatkan beasiswa . hanifah berusaha untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihannya.
Hari pertama kerja setelah kemarin hanifah dinyatakan lolos wawancara dengan pimpina perusahaan. Dengan penuh semangat hanifah memulai kerja pertamanya. Dalam satu hari, hanifah menghabiskan satu per tiga waktunya untuk bekerja di pabrik. Namun demikian, dalam setiap minggunya di pabrik itu berlaku kerja shift. Di minggu-minggu awal, hanifah masih nyaman dengan pekerjaannya. Lambat laun dalam beberapa bulan, mulai munculnya rasa lelah. Seolah ingatan hanifah pulih kembali, ia berharap masih ada kesempatan baginya mendapatkan beasiswa kuliah.
“tit… tit… tit… tit…”. Bunyi dan getaran dari telepon genggamnya hanifah.
Dengan ibu jari tangan kanannya, hanifah menekan tombol buka pesan.
“Nif bagaimana kabarnya? Sekarang sibuk apa?”. Sebuah penggalan kata di layar pesan masuk telepon genggam hanifah. Sepenggal pesan dari sahabat baiknya, Diana.
Tanpa berpikir panjang, hanifah membalas pesan Diana. Tepat setelah pesan balasan dari hanifah terkirim. “oh ya Nif, coba daftar beasiswa lagi ya. Kamu masih punya kesempatan”. Saran Diana pada hanifah. Hari-hari berjalan. Tanpa sepengetahuan hanifah, ternyata kedua orangtuanya selalu memantau dirinya. Orangtuanya tahu bahwa putri tunggalnya mempunyai keinginan yang sangat besar untuk kuliah. Di suatu malam, ketika hanifah sedang berkumpul bersama kedua orangtuanya.
Tiba-tiba ayahnya berkata, “Nif, kalau kamu
memang benar-benar ingin kuliah, berhentilah bekerja dan berjuanglah
mendapatkan beasiswa. Karena ayah dan ibu tidak sanggup kalau harus membiayaimu
kuliah”.
Ungkapan dan saran dari orangtua dan Diana, memotivasi hanifah untuk kembali mendaftar beasiswa.
“ayah…ibu…doakan nifah ya!”.
“ayah dan ibu selalu doakan yang terbaik untuk
nifah”. Ucap sang ayah.
Kegelisahan dan detak jantung yang semakin
cepat, kembali ia rasakan seperti setahun yang lalu. Kali ini hanifah tidak mau
terlalu berharap seperti tahun lalu. Ia pasrahkan semua pada Yang Maha Kuasa.
“ya Allah… aku serahkan semua urusanku pada-Mu. Berikanlah yang terbaik untukku, masa depanku, dan hidupku”. Ungkap hanifah dalam hatinya.
Dengan wajah yang datar tanpa mengartikan apa-apa, ia seperti tengah menahan air yang akan keluar dari kedua bola matanya. Hmmm…… untuk kedua kalinya nama hanifah tidak tercantum sebagai penerima beasiswa S1. Dengan ketegaran hatinya, ia menerima kegagalannya tanpa mengeluh. Ia merasa beasiswa itu memang buka rezekinya. Hingga memutuskan untuk kembali bekerja di tempat yang berbeda.
Sepuluh hari setelah pengumuman dan satu hari sebelum melamar pekerjaan.
“tit… tit… tit… tit… “.
Terdengar bunyi tanda pesan masuk. Dalam hatinya
membaca pesan. “ selamat saudari hanifah kartika diterima sebagai penerima
beasiswa S1. Ini kesepakatan kami atas penambahan kuota beasiswa. Sekali lagi
kami ucapkan terima kasih.”
Masih tak percaya, hanifah membaca kembali berulang-ulang pesan tersebut. Dan bukan hal yang tidak bisa dipercaya lagi, hanifah berhasil mendapatkan beasiswa itu.
Hidup memang penuh perjuangan. Rencana-Nya akan indah untuk orang-orang yang bersabar dan mau berusaha. Apapun yang terjadi adalah yang terbaik dari-Nya untuk kita
Masih tak percaya, hanifah membaca kembali berulang-ulang pesan tersebut. Dan bukan hal yang tidak bisa dipercaya lagi, hanifah berhasil mendapatkan beasiswa itu.
Hidup memang penuh perjuangan. Rencana-Nya akan indah untuk orang-orang yang bersabar dan mau berusaha. Apapun yang terjadi adalah yang terbaik dari-Nya untuk kita
oleh Risna Yulistiana
Follow yah @umar_wijaksono
No comments: