Gara - Gara Novel 'Kamu Sekuat Aku'

Aku persiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan seperti pulpen, kalkulator untuk melaksanakan UTS mata kuliah OSTL (Operasi SIstem Tenaga Listrik). Tak lupa juga sudah mempersiapkan materi yang dipelajari malam hari. Materi yang akan diujiankan seputar load forecasting, biaya bahan bakar, uni commitment.

Sekitar jam 07.45 aku jalan kaki berangkat ke kampus. Jalan depan kost sedang dalam perbaikan, alhasil tampak motor berjajar di tengah jalan sedang parkir, karena pintu dan jalan yang masuk parkir kampus tak bisa dilewati pengguna kendaraan. Aku terus berjalan melewati kerumunan orang yang sedang asyik menikmati pagi.

Ruang ujian lt. 3 gd. Lab tegangan tinggi. Ketika aku masuk kelas, ternyata ramai, sudah dipenuhi teman-teman yang booking tempat. Posisi menentukan prestasi katanya. Sudah tak aneh lagi jika waktu ujian datang tepat waktu, bahkan 30 menit sebelum ujian, sudah ada di kelas, mungkin ada juga yang menginap di kelas.

“Untuk nim ganjil di ruang sebelah dan untuk nim genap di sini” tutur dosen ketika sudah berada di depan kami.

Segera aku beranjak ke ruang sebelah. Lembar soal dan jawaban dengan cepat dibagikan kepada semua peserta. Semuanya langsung menuliskan identitas dan mengerjakan soal yang mudah terlebih dahulu. 30 menit berlalu, dua nomor lagi yang aku belum kerjakan. Perlahan aku meraba jawaban untuk soal dua nomor tersebut. Bunyi-bunyi mar, minjem kalkulator mewarnai konsentrasiku. “Bentar, aku juga lagi ngerjain”. Sampai akhirnya aku bisa menjawab semuanya dengan seadanya.

Semua peserta berhamburan keluar kelas, ujian sudah selesai. Melihat Eki mengenakan safety shoes menarik teman-teman yang lain. Segera pertanyaan, beli di mana? Berapaan? Menghampiri pemakai sepatu itu. “Di pasar lilin, 40ribu” begitu jawabnya.
“Wah, asli? Kenapa bisa 40ribu?” Aku tau kenapa bisa 40ribu. Karena si Eki belinya sambal merengek nangis-nangis sehingga penjual merasa iba sudah jauh-jauh dari Subang ke pasar lilin. Teman-teman terkekeh, tertawa. Kampret.

Aku pulang ke kost mengerjakan tugas pengganti UTS, rangkuman analisa AVR dan komponen IGBT. Maaf yah, bukan aku nggak mau ngasih tau AVR dan IGBT itu apa. Di google sudah banyak bertebaran. Kalau yang tulisan ini hanya satu, jadi mending lanjutin baca aja. Hehehe. Tugas ini rencananya dikumpulkan jam 13.00, ketika kuliah Elektronika Daya Lanjut. Tak mau repot, jawab seadanya dulu, biarpun salah, yang penting dikerjakan dulu. Alhasil copas dari materi yang dosen sampaikan, memang generasi copy paste.

Selesai kuliah elday, aku rebahkan tubuh ini di kamar 3 x 4 meter, mata terpejam, tidur. Bangun dari tidur siang sekitar jam 17.00, segera bergegas mandi, beli makanan untuk buka puasa. Setelah aktivitas maghrib yang biasa aku lakukan, tiba-tiba hape bordering terlihat di layar handphone seseorang memanggil. Aku dan dia memang sedang ada masalah sejak kemarin karena kesalahpahaman.

Malam itu rasanya aku malas sekali belajar tentang elektro dan sekelumitnya. Akhirnya aku memilih buku yang tertata tidak rapih di tempat aku menaruh buku. Aku memilih buku yang kemarin beli di took buku dengan harga diskon sebagai santapan bacaan malam itu. Tanganku langsung mengambil buku “Kamu Sekuat Aku”.

“Kamu Sekuat Aku”. Buku ini pernah dibedah oleh penulisnya Ashni Sastrosubroto di auditorium fakultas tahun 2012. Karena penulisnya adalah salah satu murid dari dosen jurusan teknik elektro. Buku ini bercerita tentang survivor kanker. Diangkat dari kisah nyata penulisnya. Seperti yang dijelaskan penulis beberapa tahun lalu. Meskipun sudah mendengar sekilas ceritanya, rasanya kurang greget kalau belum langsung baca bukunya.
Kubuka lembaran pertama, lembaran kedua dari buku itu, sebuah prolog dari penulis, “sepertinya menarik” dalam hatiku. Kuteruskan lembaran berikutnya bercerita tentang keluarganya, sebelum sakit menghampirinya. Sampai akhirnya dokter memvonis Aca terkena leukemia, kanker darah. Orang tua beserta keluarga besarnya mengupayakan pengobatan untuk Aca. Diputuskan pengobatan yang paling dekat dengan Indonesia adalah Singapura.   

Terbanglah Aca ke negeri tetangga untuk menjalani pengobatan. Di sana dia harus menanggung ketidakenakan kemoteraphy, harus menanggung efek samping obat yang ia konsumsi, rambut rontok, tubuh kurus. Saat seperti ini ia mendambakan kekasih yang sudah 5 tahun bersamanya berada selalu di sampingnya, Ardi. Namun Ardi malah mengkhianati Aca, dia selingkuh dengan pacar barunya. Yang ketika ditanya alasan Ardi selingkuh oleh teman-teman Aca, takut tertular sakitnya lah, takut anak keturunannya berpenyakit lah. Padahal penyakit tersebut tidak menular.

Aku baca lembaran demi lembaran, buku yang menarik, gaya Bahasa yang mudah dicerna, alur cerita yang membuat orang penasaran, hingga sedikit ilmu seputar penyakit leukemia ada di buku ini. Bagaiman rasa sakit yang dialami oleh penderita kanker.

Waktu sudah menunjukkan pukul 00.30 WIB. Padahal ingin melanjutkan membacanya, tetapi aku juga perlu istirahat untuk kuliah. Kasur digelar, peralatan tidur segera dipersiapkan. Aku baringkan tubuh ini diatas kasur empuk. Sambal memejamkan mata, aku merenungkan, betapa beruntungnya aku masih diberi kesehatan hingga detik ini. Sakit yang aku derita pun tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan yang penulis rasakan. Obat-obat yang dikonsumsi meinimbulkan efek atau reaksi yang sangat luar biasa bagi tubuh. Pengobatannya membutuhkan waktu hingga bertahun-tahun lamanya. Sedangkan aku? Baru 6 bulan saja sudah banyak protes, banyak ngeluh, obatnya pun hanya diminum sehari sekali 4 jenis obat yang reaksinya hanya air seni berwarna kemerahcokelatan.

Ah, sedikit sekali aku bersyukur. Sehat itu mahal ketika sakit. Jaga kesehatan, kesehatan hati, jasmani, dan rohani.

“Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan?”

#KeepReading
Silahkan baca novelnya #KamuSekuatAku.


01.24 WIB. Selasa, 21 Oktober 2014


No comments:

Powered by Blogger.