Ambil Lagi Sampahnya Yuk
Alhamdulillah,
saya bersyukur masih menikmati minggu pagi di kota keliahiran, Cirebon. Lebih
tepatnya memang kabupaten bukan kota. Nggak masalah sih, yang penting masih
satu nama, Cirebon. Lagian wilayah kabupaten lebih luas dari wilayah kota.
Hehe. Tapi tetap saja orang-orang berbondong-bondong pergi ke kota. Berbelanja,
mall, nonton, kongkow, ke kota. Yaa, karena disitulah pusat kota, pusat
keramaian.
Pagi ini
saya pengen bersepeda ria ke daerah Sumber. Sumber adalah pusat pemerintahan
kabupaten Cirebon. Setiap minggu pagi biasanya selalu ramai. Banyak yang
menghabiskan, menikmati minggu pagi di daerah ini bersama keluarga, teman,
kerabat. Ada yang olahraga, belanja karena ada pasar minggu juga di sana, ada
yang ngopi, ngemil sambal liat orang senam.
Sepeda yang
baru beli beberapa hari lalu saya kayuh menyusuri jalanan. Menikmati pagi
melihat orang-orang yang juga sedang asyik memanfaatkan hari libur dengan
olahraga, lari, bersepeda, jalan kaki. Saya memilih melewati jalan raya yang
menghubungkan Plered – Sumber, karena disana ramai. Jalanan yang nanjak membuat
saya harus berlelah – lelah mengayuh sepeda untuk bisa menaklukan jalan ini
sampai tempat tujuan.
Akhirnya sampai
juga di tempat yang saya tuju. Tak menyia – nyiakan waktu, saya langsung
bersepeda pelan – pelan mengelilingi pusat pemerintahan kabupaten Cirebon
tersebut. Dan berhenti sejenak mendengarkan ceramah sebelum senam pagi dimulai.
Yaah, kebiasaan disini adalah sebelum dimulai senam, ada sedikit ceramah atau
nasihat – nasihat yang disampaikan ulama atau pengurus Masjid Agung Sumber. Karena
tempat untuk senam tepat di depan Masjid tersebut.
Setelah berkeliling,
melihat keramaian, mendengar ceramah, saya pulang karena sendirian, bingung,
tak ketemu teman yang biasa nongkrong di sini. Jalanan yang turun menghemat
tenaga, dengan kayuhan pelan pun sudah seperti ngebut.
Dari arah
berlawanan seberang jalan dua orang bersepeda. “Sepertinya kenal sama mereka”. Jefry
dan Mamat.
“Ayo mar,
balik lagi” sahut mereka.
“Ke mana?”
“Sumber,
Plangon”
Karena sepertinya
hari masih pagi, dan belum capek banget, pelan – pelan saya putar balik
mengikuti mereka dari belakang. Alhasil, kami bertiga bersepeda ria olahraga
pagi.
Tujuan mereka
pun sama, Sumber lagi Sumber lagi. Meskipun baru saja pulang dari sini, tak
apalah sekarang kan ada teman untuk mengobrol.
Kami beristirahat
di tempat yang sejuk. Memperhatikan setiap orang yang lewat di depan kami.
“Beli air
yu ah” ajak Jefri.
“Hayuuh,
haus euy” jawab Mamat.
“Beli apa? Saya
nitip lah. Nitip es nutrisari” sahut saya.
Es yang
diplastik masing – masing kami sedot. Dinginnya es menemani kehausan kami pagi
hari. Hari semakin siang, sedotan terakhir menandai kami harus segera pulang. Dua
orang teman saya membuang bekas plastic es ke trotoar jalan. Saya turut ikut buang
bekas plastic sembarangan.
Sesaat kemudian,
saya melihat tong sampah yang letaknya tak jauh dengan kami. Berawal dari
ketidakenakan ngeliat lingkungan yang nggak bersih atau ada sampah di
lingkungan sekitar kemudian saya teringat tulisan tentang tahan buang sampah
sembarangan yang saya post di blog. Dan saya ingin berkontribusi menjaga
kebersihan lingkungan. Langsung saya ambil lagi bekas plastic es tersebut
kemudian saya buang ke tempat sampah.
Saya kaget,
terkejut. Tak disangka, tak diduga dua orang teman saya ikut-ikutan ngambil
lagi bekas sampah yang bergeletakan di trotoar jalan, kemudian membuangnya
kembali di tempat sampah.
Subhanallah,
kejadian tersebut sontak membuat saya sedikit kaget. Ternyata apa yang saya
lakukan ditiru oleh dua teman saya itu.
Kalau satu
orang memberi contoh yang baik, kemudian dua orang menirunya, mungkin saja
lingkungan kita bisa bersih, kita bisa sama – sama menjaga kebersihan
lingkungan, menikmati keindahan lingkungan, meminimalisir terjadinya banjir
akibat buang sampah sembarangan. Contoh, di Bandung sudah ada program GPS.
Gerangan Pungut Sampah yang dikomandoi oleh walikota. Sosialisasinya melalui
media social, twitter facebook, sehingga menarik anak muda untuk ikut dalam
gerakan GPS.
Memang rasanya
sulit buang sampah pada tempat sampah, terlebih tidak ada tempat sampah
terdekat. Tapi coba marilah kita tanamkan perasaan ketidaknyamanan dengan
lingkungan yang kotor, banyak sampah. Dari situ muncul perasaan enggan untuk
buat buang sampah sembarangan. Sehingga ketika kita ingin buang sampah
sembarangan, kita mikir kalau buang sampah sembarangan di sini, nanti
lingkungan kotor, meskipun bukan kita yang menikmati lingkungan ini tapi orang
lain, berarti kita sudah melakukan suatu hal yang bikin nggak enak orang lain.
Perubahan dengan
3M, Mulai dari yang kecil. Mulai dari diri sendiri. Mulai dari sekarang.
Mulai dari
nahan buang sampah sembarangan J. Nggak akan rugi kok, ciusss deh. J
No comments: