GPS = Global Positioning System atau Gunakan Penduduk Setempat


Agenda hari ke 22 Januari 2016 ketika berada di Cirebon adalah, agenda pertama membuat surat keterangan belum menikah di desa yang kemudian ditandatangani oleh ketua KUA Kec. Plumbon, agenda kedua mengupgrade simcard ke 4G, agenda yang terakhir adalah meminjam blok paraffin kepada dr. Nurbaiti.
Jumat berkah, setelah mandi pagi jam 09.00, kutunaikan rutinitas dua rakaat. Melaju dengan sebuah skuter klasik 76 menuju kantor desa Bodelor. Di kantor, aku temui bapak yang biasa bertugas membuat surat-surat. Pada sebuah layar monitor, bapak itu mengetik nama dan alamatku untuk keperluan membuat surat keterangan belum menikah. Tak kurang dari 15 menit, surat tersebut selesai diprintout. Kemudian aku bubuhkan tanda tangan.
“Pak, kalau pak kuwu lagi ada d sini atau di mana?” tanyaku.
“Pak kuwu lagi ada di took bangunannya, di sebelah dr. Hijrah” jawab bapaknya sambal menuju arah yang dituju.
“Makasih pak”
Alhamdulillah pas, ketika aku sampau di toko, pak kuwu hendak pergi.
“Pak, ini mau minta tanda tangan dan cap buat surat keterangan belum menikah” pintaku dengan menunjukkan suratnya.
Sambal duduk di teras, beliau menandatanganinya.
“Kamu anakanya pak RT?” Tanya pak kuwu.
“Iya pak, rt 11” jawabku.
“Yang lulusan Bandung, teknik?”
Loh kok Pak kuwu bisa tau kalau aku udah lulus, lulusan Bandung dan teknik pula.
“Iya pak”
“Sekarang di mana?”
“Masih melamar kerja pak, hehe”
Kemudian beliau meemberikan cap desa di atas tanda tangannya.
“Makasih pak”
Untuk melengkapi prosedur pembuatan SKBM, aku langsung menuju kantor KUA Kec. Plumbon. Tanpa proses yang bertele-tele, SKBM pun sudah selesai disertai keterangan ketua KUA.
Perjalanan dilanjutkan, yaitu ke service center simcard yang beralamat di jl. Pemuda Cirebon. Nomor antrian upgrade 4G adalah 803, sekarang sedang 802. “Berarti sebentar lagi” pikirku. 5 menit menunggu, tak kunjung dipanggil. Ternyata lama, padahal hanya terpaut satu angka. Setelah upgrade simcard dengan menunjukkan fotocopy identitas, ditawari untuk membeli paket internet oleh mas customer service nya. Akhirnya, aktifkan pake 1,5GB.
Jam menunjukkan angka 11.05, masih ada waktu untuk melanjutkan agenda berikutnya, meminjam blok parafin. Operasi kemarin dilakukan di RS. Medimas, aku coba ke sana, barangkali hasilnya masih ada di sana. Setelah sampai di RS. Medimas,
“Sudah tidak di sini, ini suratnya ditujukan ke dr. Nurbaiti, jadi ke alamatnya aja”
“Oh begitu mbak, makasih”.
Akhirnya putar balik lagi menuju Jl. Pemuda karena alamat yang tertera adalah Jl. Pemuda No. 37. Dari plang yang bertuliskan Jl. Pemuda, ku lihat sebelah kanan kiri nomor jalan. Nomor 48, berarti masih terus ke sana. Sampai akhirnya bangunan (Poltekes) memiliki nomor jalan 38.
“Sebelahnya no. 37” pikirku.
Namun ternyata sebelahnya, ada jalan yang menuju ke sebuah perumahan, bukan bangunan no. 37. Sebelahnya lagi berupa ruko-ruko dengan nomor jalan 36.
“37 nya yang mana yaah”
Seberang jalan pun bukan nomor 37.
Akhirnya, aku manfaatkan GPS = Gunakan Penduduk Setempat. Malu bertanya sesat di jalan begitu kata pepatah.
“Pak punten mau nanya, kalau rumahnya dr. Nurbaiti sebelah mana yah?” tanyaku pada bapak penjual buah-buahan.
“Kurang tau de, tapi kalau dokter coba sebelah sana” sambal menunjuk kea rah barat.
Aku turuti apa kata bapak tadi, kemudian aku bertanya kembali kepada ibu warung nasi.
“Bu punten, kalau alamatnya dr. Nurbaiti di mana yah? Kira-kira tau nggak?
“Alamat yang tertera itu di jalan apa?”
“Disini tertulis Jl. Pemuda No. 37, di Poltekes itu kan 38, di tuko 36. Jadi no. 37 nya yang mana yah bu?”
“Kalau di sebelah dr. Ali, dr. Nurbaiti kurang tau mas, coba Tanya ke tukang parkir aja mas”.
Baiklah, tukang parkir yang tidak jauh dari warung pun menjadi sasaranku.
“Pak, kalau rumahnya dr. Nurbaiti di mana yah?, disini tertulis Jl. Pemuda No. 37”
“Kalau dr. Nurbaiti sebelah sini nggak ada mas, tapi kayaknya coba dari kodim belok kanan, terus depan makam itu ada dokter”.
“Oh makasih pak”.
Kembali aku turuti apa kata bapak tukang parkir, putar balik, kemudian belok ke kanan setelah kodim,. Luruus, sampai aku temukan makam. Sisi jalan ada ibu yang sedang beli bubur ayam jadi sasaran pertanyaanku kembali.
“Bu, maaf, mau nanya kalau rumahnya dr. Nurbaiti di mana?”
“Itu alamatnya di mana mas?”
“Disini tertulis Jl. Pemuda No. 37, tapi kata tukang parkir tadi di sebelah sini”.
“Kalau depan makam namanya dr. Atik”.
“dr. Nurbaiti yang tugasnya di RS. Medimas bu”
“Oh medimas, coba lurus aja mas, di sana ada banyak pegawai RS. Medimas”.
Oke, kembali aku turuti apa yang dikatakan penduduk. Melaju lurus seperti yang ditunjukkan ibu tadi. ”Nggak ada plang yang menunjukkan dr. Nurbaiti”. Putar arah balik, dan bertanya ke ibu yang ada di sisi jalan/.
“Bu maaf, mau nanya, kalau rumahnya dr. Nurbaiti di mana yaah, yang tugasnya di Medimas”.
“Itu alamatnya di mana de?”
“Di Jl. Pemuda No. 37 bu”.
“Oh kalau Jl. Pemuda di depan de, yang unswagati itu, di sini nggak ada dr. Nurbaiti”.
“Makasih bu”
Penasaran dengan nomor yang terlwat dari 38 langsung ke 36. Kembali lagi ke daerah tersebut dan bertanya ke mahasiswi Poltekes, jawabannya pun nihil, mereka bukan orang sini. Coba masuk ke jalan yang berada di antara nomor 38 dan 36 menuju sebuah perumahan. Kembali lagi aku bertanya ke satpam perumahan tersebut.
“Pak, kalau daerah sini ada yang namanya dr. Nurbaiti nggak?”.
“Alamatnya di mana de? Kalau daerah sini nggak ada yang namanya dr. Nurbaiti”.
“Oh begitu pak, terima kasih”.
Aku coba sekali lagi bertanya ke laki-laki yang akan menunaikan sholat jumát, tetap sama jawabannya.
Waktu menjelang sholat jum’at, aku putuskan untuk sholat jum’at terlebih dahulu di masjid koramil. Siapa tau setelah sholat ketemu itu rumah dr. Nurbaiti. Ketika khotib mengumandangkan khotbahnya, saat itulah aku mencoba menggunakan GPS = Global Positioning System untuk mencari rumah dr. Nurbaiti dengan memasukkan alamat Jl. Pemuda No. 37 Cirebon. GPS memberitahukan rute yang haris ditempuh, dan posisinya berada di depan Unswagati seberang jalan, sebelah XL center. Selepas sholat, segera aku pacu skuter klasik menuju posisi yang ditunjukkan GPS. Daaaaannn akhirnya, terdapat angka 37 di depan rumah tersebut. Alhamdulillaah
Mau pakai GPS = Global Positioning System atau Gunakan Penduduk Setempat???

No comments:

Powered by Blogger.