Nyekripsi Eps. 1

Setelah melaksanakan Praktik Industri berharap mendapatkan judul untuk dijadikan skripsi. Namun nyatanya nihil, hingga satu bulan berlalu setelah praktik industry, belum juga dapat tema, judul yang bisa dijadikan skripsi. Padahal sudah memasuki semester 8, semester akhir menurut perhitungan akademik. Waktu itu sudah ada empat orang dari kelas 2011 yang sudah seminar judul dan disetujui oleh bagian KBK TE. Tidak terlalu sedih ditinggal teman seminar judul, karena masih banyak teman lainnya. Saya termasuk bagian dari 41 mahasiswa Teknik Elektro 2011 yang belum memiliki bayangan skirpsi.
Sebenarnya pernah ada niatan untuk ngambil tentang mesin-mesin litrik tepatnya BLDC motor, gara-gara sering konsultasi ke Fajar. Pernah beberapa kali merumuskan dan belajar bersama. Namun kandas ditengah jalan, saat seorang dosen yang bernama Pak Ade menawarkan tiga tema besar untuk dijadikan skripsi saat beliau mengajar mata kuliah Aplikasi Komputer Sistem Tenaga Listrik pertemuan kedua. Tiga besar tema tersebut adalah Forecasting, SCADA, dan Unit Commitment. Kalau yang bukan elektrikers mungkin akan mengernyitkan dahi ini maksudnya apaan tema-temanya. Baiklah, Forecasting itu peramalan beban listrik untuk jangka pendek, menengah ataupun jangka panjang. Semacam jadi tukang ramal, ramal beban listrik. Kepanjangan dari SCADA adalah Supervisory Control And Data Acquisission, semacam pengontrolan jarak jauh dalam ruang terpusat. Nah kalau Unit Commitment ini merupakan penjadwalan pembangkit, mana yang on agar dihasilkan cost yang lebih murah. Dari tiga tema tersebut beranak pinak satu tema beranak lima metode yang berbeda. Jadi totalnya sekitar 15 judul yang bisa dijadikan skripsi.
Tanpa berpikir panjang, setelah selesai perkuliahan Aplikom, saya langsung ikut daftar bersama yang lainnya untuk mengambil tema dari Pak Ade. Saya mengambil tema SCADA, karena berpikir mungkin skripsinya SCADA ini bisa jadi pertimbangan kelak ketika masuk ke dunia industry. Tema SCADA beranak pinak lima, yaitu SCADA untuk PLTU, PLTP, PLTG, PLTN jenis PWR, dan PLTN jenis fast reactor, kalau nggak salah :D. Biar kekinian saya ambil PLTN, dan setelah mencari tahu, memilih PWR yang kelihatannya banyak referensinya.
Saat itu juga terbentuklah grup penelitian yang dibimbing oleh Pak Ade, yang diberi nama Gaffar Cluster. “Eh tapi kayak nama perumahan, tapi nggak apa-apa lah” kata beliau. Saya diberi amanah oleh beliau membuat grup facebook yang tujuannya untuk berbagi sumber referensi terkait dengan penelitian. Keesokan harinya anggota cluster berkumpul kembali di ruangan gedung FPTK. Penelitian pun dimulai. Pak Ade memberikan arahan mengenai langkah-langkah dalam melakukan penelitian, dan mengharuskan sumber referensinya dari jurnal, akan lebih baik jika jurnal internasional, kata beliau. Dalam waktu seminggu, kami diharuskan selesai dari bab 1 sampai bab 3. Waw bangeet ini.
Saya teringat apa yang pernah diberikan Fajar tentang trik mencari jurnal internasional IEEE. Seperti yang kita ketahui bahwa referensi-referensi berkelas seperti IEEE adalah berbayar, sedangan mahasiswa alergi dengan kata itu, berbayar. Jadi bagaimana caranya agar yang berbayar itu menjadi tidak berbayar. Fajar memberikan trik ke saya, kalau mau download jurnal IEEE gratis, datang ke perpustakaan utama ITB, cari American room. Nah dari situ bisa download jurnal internasional gratis dari beberapa sumber. Jangan lupa bawa flasdisk untuk menyimpan jurnalnya.
Awalnya saya mencoba trik yang diberikan Fajar, eh ternyata benar, bisa download jurnal IEEE secara gratis. Akhirnya kami berbondong-bondong ke perpustakaan ITB. Secara bergantian hari kami mengunjunginya. Setelah mendapatkan jurnal yang relevan dengan judulnya masing-masing, barulah kami membaca dan memahaminya. Seperti arahan dari Pak Ade, baca abstraknya dan pahami apa maksudnya, karena abstrak berisi informasi dasar keseluruhan jurnal, seperti issue, metode, hasil, dan kesimpulannya.
Kata demi kata dalam jurnal saya artikan baik menggunakan kamus manual ataupun google translate. Tapi kebanyakan google translate sih :D. Terkadang artinya tidak begitu nyambung, dan tugas kita itu ya menyusunnya kembali melalui bahasa sendiri membentuk kalimat yang mudah dibaca dan dipahami maksudnya. Alhamdulillah dalam waktu dua hari saya bisa merangkai kata menjadi kalimat yang tersusun dalam bab 1, yaitu terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.
Kemudian kami menyetorkannya bersama-sama kepada Pak Ade untuk diberikan komentar. Diluar ekspektasi, punya saya diberi komentar positif oleh beliau, Alhamdulillah syekali, selamat kamu mendapatkan golden tiket. “Susunan paragrafnya benar, kalimatnya bisa dipahami, dalam latar belakang, rumusan masalahnya sudah benar. Namun untuk sistematika penulisan dibuat paragraf aja yah, biar nggak monoton” kata beliau. Di akhir sesi, kami ditugaskan kembali untuk menyelesaikan bab 2 dalam waktu tiga hari. Kalau yang masih ada koreksi, harap diperbaiki, kata beliau.
Pak Ade menginginkan seminar proposal judul itu sampai dengan bab 3, agar ketika selesai seminar judul, langsung mulai ke penelitian, ke temuan dan pembahasan. Akhirnya saya bekerja keras banting jari tiap hari siang dan malam untuk menyelesaikan bab II. Dari arahan pak Ade untuk bab II yang dibahas adalah kata-kata kunci dari penelitian, jangan terlalu melebar jauh sehingga membuat skripsi menjadi tebal. Beliau bereksperimen mengenalkan skripsi tipis, karena yang tebal belum tentu bagus, yang tipis juga belum tentu bagus, iya sama-sama belum tentu bagus :D. Jadi pilih yang tipis aja, anti mainstream. Kata demi kata saya rangkai menjadi sebuah kalimat yang baik dan benar yang disusun dalam paragraf demi paragraf sehingga terbentuklah bab II yang belum sempurna. Meskipun belum sempurna saya harus menyetorkannya kepada beliau untuk diberi komentar.
Kami kembali memberikan setoran bab II yang telah dikerjakan walaupun belum sempurna. Lagi-lagi komentar yang beliau berikan adalah komentar positif untuk bab II saya sambil mengoreksi bab I. Namun ada beberapa yang harus disempurnakan, direvisi. Yaa wajar namanya juga skripsi, pasti ada revisi, kalau nggak ada revisi mah namanya se-krispi ayam. Lanjut lagi untuk bab III dalam waktu dua hari kedepan harus selesai. Bab III ini berisi metode penelitian yang digunakan, boleh juga data-data yang digunakan dalam penelitian dimasukkan. Tapi yang jelas terdapat flowchart berikut penjelasannya. Duduk depan layar komputer adalah makanan sehari-hari pada waktu itu, untuk mengejar target bab III. Tanpa disadari pada waktunya penyetoran, bab III selesai dikerjakan seadanya.
Di gedung yang sama, FPTK ngumpul lagi Gaffar Cluster untuk menyetorkan bab III. Bab III saya harus direvisi, diberikan penjelasan mengani flowchartnya. Namun Pak Ade sudah menganjurkan untuk daftar seminar judul. Revisinya nanti sambil berjalan, kata beliau. Akhirnya saya dan beberapa anggota alinnya melenggang ke seminar judul minggu depan dengan usulan pembimbingnya Pak Ade dan Pak Dadang. Sempat dikomentari masalah judul skripsi, saya mencoba menjelaskan kenapa judul yang saya ambil begini, karena merujuk judul pada jurnal IEEE yang relevan, akhirnya judul yang saya ajukan yang tetap dipakai. Kalau dipikir-pikir tanpa disadari berarti dalam tujuh hari saya sudah menyelesaikan tiga bab yah. Kamu nggak nyangka kan? Saya sendiri aja nggak nyangka. Apalagi satpam FPTK yang sangat tidak menyangka. Setelah saya melewati seminar judul, barulah minggu-minggu berikutnya yang lainnya menysusul seminar judul secara bergantian hingga selesai. Biar nggak pada curiga kata beliau.
Setelah mendapatkan SK pembimbing, barulah saya memberanikan diri bimbingan ke Pak Dadang sebagai pembimbing II. Print out skripsi yang baru selesai sampai bab II saya serahkan kepada Pak Dadang. Entah dibaca atau tidak yang penting saya sudah menyerahkan kepada beliau :D. Pak Dadang intinya bertanya tentang apa dan bagaimana. Kemudian saya menjelaskannya. Dan beliau memberikan isyarat lanjuuuut. Yeeahhh.
Setelah bab III selesai, meskipun ada juga yang belum, kami mulai berjalan sendiri-sendiri, tidak lagi menyetor bersama-sama. Yang sudah selesai silahkan setor ke ruangan Pak Ade. Saya mulai mengerjakan simulasi SCADA PLTN jenis PWR menggunakan software Wonderware Intouch. Seperti arahan beliau, menuliskan juga hasil dari kerjaannya selama penelitian, dicicil istilahnya, agar ringan. Data yang digunakan saya dapatkan dari internet berupa datasheet dari PLTN jenis PWR yang ada di Finlandia. Berdasarkan data rersebut, pada tahap awal saya merancang bagian-bagian yang sesuai dengan gambar datasheet PLTN jenis PWR. Menyusun gambar yang tersedia dalam symbol factory menjadi sebuah plant. Saya kerjakan setiap hari perancangan simulasinya, belajar otodidak melalui tutorial-tutorial yang ada di internet. Sedikit demi sedikit. Setiap hari yang penting ada progressnya.
Secara bergantian saya bimbingan ke Pak Ade dan Pak Dadang, sebenernya lebih banyak ke Pak Ade. Setiap kali ada kemajuan tulisan pada bab 4 langsung bimbingan ke Pak Ade. Anehnya skrispi saya ini jarang sekali dicoret-coret beliau, sekalinya dicoret itu tanda tangan pada lembar pengesahan. Ciat ciat ciat :D Mulus, lurus, paling disuruh tambahin ini mar, ininya nggak perlu. Secara bahasa pun beliau jarang berkomentar, Alhamdulillah pisan. Jadi ya luruuus terussssss bimbingan teh. Padahal skripsinya nggak dibacain Al Baqarah 3kali. Ya Alhamdulillah banget, sesuatu.
Perkuliahan sudah selesai, nilai sudah keluar, menyisakan skripsi. Meskipun nggak ada jadwal kuliah, saya tetap ke kampus, duduk di depan ruangan pak Dadang. Yaa daripada di kostan suasana nyaman untuk tidur mending ke kampus, siapa tau ada rezeki, kan rezeki bukan ditunggu tapi dijemput. Duduk sendirian, kadang ada yang lainnya juga. Pas saya lagi duduk pak Dadang lewat mau masuk ke ruangaannya. Saya bersalaman ke beliau biar berkah.
“Gimana mar, udah sampai mana?” Tanya Pak Dadang dalam keadaan tidak formal bimbingan.
“Alhamdulillah pak, baru sampai ini, yang belum ini” jawab saya.
“Lanjutin mar, biar beres”.
“Iya pak”
Setiap hari saya begini, duduk nyari temen, ada Pak Dadang, sambil berdiri ditanya progress skripsi, saya jawab seadanya. Beliau mengisyaratkan lanjuutt. Beneran ini saya lakukan. Beginilah bimbingan saya ke Pak Dadang. Bimbingannya bukan duduk berhadapan, diskusi, tegang, gemeteran. Bimibingannya nggak formal begitu, hanya duduk salaman, ngobrol yang kadang sambil berdiri, sudah. Barulah kalau ke Pak Ade, saya ke ruangannya duduk depan meja, kemudian menyerahkan hasil tulisan saya untuk dibaca dan diberi komentar.

Bersambung . . . .
Lembar bimbingannya ditulis ketika akan pra sidang

No comments:

Powered by Blogger.