Aku Selalu Rindu Bapak

Aku memberikan stnk dan surat pajak vespa ke bapak, karena pajak vespa super 77 belum dibayar dari bulan maret 2016. Bapak memberikannya kembali kepada calo yang tidak ku kenal. Saat calo pergi dengan suratnya, bapak pun pergi dengan senyuman, "bagaimana mar, berangkat kerjanya naik apa?" "Naik vespa ini pak, sama temen namanya Ayip orang indramayu, kami berdua ngontrak rumah"
Mata berkaca, aku terbangun dari tidur siang.
Minggu, 17-07-2016 16.07.05

Saat masih kecil, aku tinggal berdua bersama ibu d rumah sederhana tepat pinggir jaln. Bapakku merantau ke Bogor, menjemput rizki untuk menafkahi aku dan ibu, bekerja pada seorang pengusaha pengrajin rotan dari cirebon. Bapak bekerja sebagai penjahit jok. Aku tak ingat setiap berapa minggu, bulan, tahun bapak pulang k rumah. Tapi yang masih teringat jelas ketika aku dan ibu d rumah, tiba2 ada kupu-kupu masuk ke dalam rumah, ibuku berkata "nak, ada kupu-kupu, kita kedatangan tamu, bapak mau pulang". Aku selalu riang gembira mendengarnya.

Saat bapak ada dirumah, kami tidur bertiga d kamar belakang. Sebelum tidur, bapak mencandaiku, menusuk nusuk perut sampai aku geli dan tertawa, dan akhirnya aku tertidur.

Hasil keringat bapak selain digunakan untuk menafkahi aku dan ibu, juga untuk melengkapi perlengkapan rumah dan memperbaiki rumah. Televisi 14inch, kipas angin, kulkas, tak terkecuali Vespa Super 65 yang didapat bapak dari Bogor sebagai oleh-oleh.

Bapak sudah mulai tidak merantau lagi ke Bogor ketika aku masuk Sekolah Dasar. Bapak bekerja di rumah tetap dengan keahliaannya, menjahit, spesialisasi jok rotan. Pernah mencoba kerja menjahit di pabrik tetapi tak betah, dikejar target, capek, kata Bapak. Akhirnya Bapak memilih untuk menjahit d rumah, menerima pesanan dari teman-temannya yang berkecimpung di dunia Rotan. Ibu pun membantu pekerjaan Bapak dengan menjahit yang Ibu bisa. Untuk menjahit pakaian lengkap seperti kemeja, celana panjang, bapak masih ragu, bisa sih bisa, tapi takut jelek katanya. Pernah menjahit kemeja dan hasilnya kurang pas. Paling bapak bisa memvermaknya, kayak potong celana jeans, ganti resleting, mengecilkan baju. Kalau pun membuat celana, celana kolor, kemeja, tapi hanya untuk aku dan ibu. Selain menjahit, bapak dan ibu membuka warung. Dulu warung kami lumayan besar dan ramai. Tetangga rumah jika belanja sesuatu atau sekedar jajan di warung kami. Meskipun ada yang berhutang, tapi mereka selalu bayar pada sabtu minggunya. Pemudanya nongkrong di warung, nonton bareng acara tv tahun 90an di kamar belakang.

Bermula dari seorang anak yang menitipkan sepedanya, berkembang jadi penitipan sepeda. Bapak membuka penitipan sepeda untuk anak SD. Awalnya 100 rupiah/sepeda, kemudian naik menjadi 200 rupiah/sepeda, terakhir dan sampai hari ini 300 rupiah/sepeda. Pernah ditanya kenapa nggak 500 aja, bapak jawabnya ya itung-itung jadi jalan ibadah buat anak-anak sekolah. Hasil dari penitipan sepeda ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Super 65 adalah satu-satunya kendaraan yang kami miliki, yang digunakan untuk keperluan keluar ataupun jalan-jalan bertiga. Tapi sepertinya, kami jarang jalan-jalan hehe. Lebih tepatnya kondangan. Aku di depan, bapak nyetir, dan ibu duduk di belakang. Formasi ini yang selalu kami pakai.

Ketika sudah beranjak anak-anak remaja, aku mulai tidak ikut kondangan, malu sudah gede hehe dan juga kalau d depan nanti bapak nyetirnya nggak keliatan.

Bapak bukan tipe orang yang mengekang harus ini harus itu, sehingga aku bukan orang 'rumahan. Aku berteman dengan siapapun, keluyuran kesana kemari siang malam, mancing, main bola, voli, main remi, gaple, catur, jalan-jalan naik sepeda nyari cap udud, main kupluk. Namun masih dalam batas-batasnya. Boleh dolan, asal jangan ikut-ikutan kata bapak. Awas aja kalau ikut-ikutan yang nggak bener, ancam bapak. Aku tidak diizinkan nonton layar tancep, karena terlalu malam, takut tidak masuk sekolah. Aku juga tidak dibolehkan mandi di sungai, karena kotor. Aku nurut aja. Tak jarang juga aku sering berkelahi, tapi bapak ibuku biasa aja, nggak marah, nggak belain aku. Maklum anak-anak, biarin aja nanti juga akur lagi. Yang penting tidak kena fisik parah.

Meskipun sering kluyuran kesana kesini, prestasiku di Sekolah Dasar cukup membanggakan, dari kelas 1 sampai kelas 6 aku masuk peringkat tiga besar. Hehe. Kalau mau bukti rapornya masih ada hehe. Dengan prestasiku yang seperti itu, aku tidak meminta apapun pada bapak ibu (aslinya mengharapkan), tapi ya aku sadar dengan kondisinya.

Lulus SD, melanjutkan ke MTsN 2 Cirebon, atas anjuran bapak dan keinginanku juga, biar bisa sekolah pake celana panjang. Mbak ku juga sekolah disitu. Saat SMP, ini fase rasa malas sering muncul, fasa bli kiyeng belajar. Alhasil normal-normal saja prestasinya, bahkan pernah dapat nilai buruk. Setelah SMP pengen masuk stm pembangunan (SMKN 1 Cirebon), pengen seperti mang abung, jadi teknisi.

Namun Allah belum meridhoi, aku tidak masuk SMK 1. Rasa putus asa menyelimuti. Aku tetap ingin masuk SMK, swasta pun tak apa-apa. Teman-temanku juga masuk SMK Sslamiyah, Muhammadiyah. Tapi bapak tidak membolehkannya, aku protes pada bapak. Bapak tidak mengizinkan. Kalau di SMK nanti suka pada tawuran kata bapak. Meskipun sambil nangis tetap tidak diizinkan. Bapak menyarankan masuk MAN 1 Cirebon, karena ada teman bapak yang jadi guru disana. Yawislah, mau tidak mau aku harus menerimanya.

Di MAN 1 Cirebon inilah keinginanku untuk melanjutkan sekolah mulai tumbuh, karena atmosfir sekeliling, ditambah kalau lulus MAN nanti jadi apa pikirku waktu itu. Akhirnya memutuskan untuk berusaha melanjutkan sekolah dengan berbagai beasiswa. Gagal di SNMPTN undangan, coba lagi ke yang lain. Pokoknya kuliah gratis, mau swasta atau negeri, pikirku. Alhamdulillah tiga kampus menerimaku dengan beasiswa, UTY, Univ Nasional Pasim bandung, dan melalui SNMPTN tulis aku lulus pada Prodi Teknik Tenaga Elektrik Univ Pendidikan Indonesia. Aku memilih UPI dengan beasiswa bidikmisi 2011. Bapak ibuku bahagia sekali aku bisa kuliah dengan ketidaknampakannya. Berita aku bisa kuliah mulai menyebar ke pelosok bodelor. Lebay yah, tapi ya memang bener kok, di pasar di masjid di kantor desa kalau ada yg kenal, bertanya kamu yang kuliah di upi? Anaknya pak rt 11, anaknya pak imron. Asli ini mah. Aku juga bingung pada tau darimana.
Bapak mencatat tanggal pertama kali aku kuliah di sebuah buku, juga dicatat pengeluaran selama aku kuliah, buat beli laptop, dll. Sampai dengan aku lulus, bapak mencatatnya.

15 Desember 2015, bapak dan ibu hadir dalam acara wisuda. Terima kasih ya Allah, Engkau telah memberikan kesempatanku untuk membuat bapak bangga. Sarjana ini untuk bbapak.

40 hari kemudian, Allah memanggil bapak kembali kehadirat-Nya.

Aku rindu melihat bapak memotong bahan di ruanh depan
Aku rindu melihat bapak menjahit kain
Aku rindu melihat bapan mengurus vespa
Aku rindu melihat bapak ke masjid setiap waktu sholat
Aku rindu melihat bapak ngobrol dengan mang basar, mang mui, dan mang mang lainnya
Aku rindu melihat bapak menjadi imam sholat aku dan ibuku

Aku selalu rindu bapak.

No comments:

Powered by Blogger.