Selamat Datang di Kalimantan Barat

Transportasi udara pesawat terbang sudah menjadi transportasi yang lazim digunakan karena kondisi geografis Indonesia yang mengharuskan mobilisasi manusia melalui jalur udara untuk menghemat waktu. Ini adalah pertama kalinya aku naik pesawat terbang yang sebenernya tidak diinginkan. Berdasarkan pengumuman bahwa Umar Wijaksono tempat OJT di Wilayah Kalimantan Barat. Mau tidak mau siap tidak siap harus berangkat. Tiket pesawat sudah dipesankan oleh perusahaan, aku termasuk ke dalam tujuh orang yang berangkatnya terakhir. Andreas, Arnolf, Umar, Bayu, Chandra, Eki, Reza. Meskipun jadwalnya adalah sore hari, tapi berangkat dari Udiklat Bogor subuh hari bersama rombongan lainnya.

Ketika sampai di Bandara Soekarno Hatta, om aku yang kerja di Jakarta sempat mengunjungiku di Terminal 1. Inilah pertama kali aku dikunjungi setelah sekian lama mulai dari Samapta, Pengenalan Perusahaan di Depok, sampai Diklat Prajabatan di Udiklat Bogor, aku belum pernah dikunjungi, karena memang belum memungkinkan. Sesuai tiket yang diberikan, keberangkatan kami bertujuh adalah menggunakan Garuda Indonesia di Terminal 3 Ultimate. Di terminal 3, aku menunggu cukup lama, kawan-kawan yang rumahnya di Tangerang pulang terlebih dahulu. Aku yang lumayan jauh, hanya bisa duduk sambil merenungi, kenapa bisa di Wilayah Kalimantan Barat?

Ketika waktu check in telah tiba, barulah kami memperlihatkan tiket ke petugas yang ada. Kemudian barang-barang bawaan yang cukup banyak masuk ke dalam mesin X-Ray. Ikat pinggang, jaket, jam, dompet, hp dilepas dan dimasukkan juga ke X-Ray. Daaann, laptop yang didalam tas, harus dikeluarkan terlebih dahulu. Alhasil, aku bongkar dulu tas yangg sudah tertata rapih. Huft, sungguh merepotkan juga ya.

Ketika panggilan melalui speaker menyebutkan kode penerbangan yang sesuai dengan tiket, kami langsung menuju pesawat yang dimaksud sesuai instruksi para petugas bandara. Sebelum masuk ke pesawat, kami disambut pramugari-pramugari Garuda yang memberi salam juga menanyakan kursi berapa mas? Penumpang tidak terlalu penuh, sehingga aku bisa lebih bebas memilih kursi disamping jendela, biar bisa foto-foto ala netizen. Sebelum pesawat lepas landas, diberi penjelasan oleh awak kabin terkait keselamatan yaitu tata cara memakai sabuk pengaman, kemudian penggunaan ketika kekurangan oksigen, penggunaan pelampung yang berada di bawah kursi. Untuk yang berada di dekat pintu darurat, ada penjelasan tersendiri. Fasilitas yang disediakan berupa tempat duduk yang empuk, di hadapan terdapat monitor, ada magazine juga. Aku coba melihat monitor yang touchscreen tersebut, ada hiburan seperti audio atau film bahkan game, informasi penerbangan, kita berada di ketinggian berapa, berapa lama lagi kita sampai. Aku coba mendengarkan radio melalui headphone yang disediakan yang masih dibungkus plastik. Colokan headphone ada dua, berarti satu untuk telinga kanan dan yang satu lagi telinga kiri. Headphone nya lumayan bagus, ada logo Garuda Indonesia. Aku tanya pada Andreas, “Ndres, ini headphone nya boleh dibawa pulang enggak ya?” “Boleh mar, tadi kata pramugari boleh katanya” jawab dia. Ketika mendengar jawaban tersebut, aku langsung ambil headphone yang masih bungkus plastik dikursi sebelah dan dimasukkan ke dalam tas kecil. Lumayan, buat oleh-oleh, buat kenang-kenangan, bahwa pernah naik pesawat Garuda Indonesia. Perjalanan ke Pontianak memakan waktu kurang lebih satu jam setengah.

Terdengar aba-aba dari awak kabin agar para penumpang kembali ke tempat duduk masing masing, sandaran kursi diluruskan, meja dilipat, jendela dalam keadaan terbuka (kaca bening), kenakan sabuk pengaman, dan matikan alat komunikasi, adalah menandakan pesawat akan segera mendarat. Alhamdulillah pesawat mendarat dengan selamat di Bandara Supadio Pontianak, tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Pontianak. Terima kasih atas kepercayaan anda terbang bersama bersama Garuda Indonesia. Selamat menikmati perjalanan-perjalanan berikutnya bersama Garuda Indonesia.

Selamat datang di tanah Borneo, selamat datang di Kalimantan Barat, Welcome to West Borneo.


2017



No comments:

Powered by Blogger.