Rutinitas Harian Awal Berumah Tangga

Alhamdulillah kami bisa menikah, menyelenggarakan acara syukuran pernikahan dari usaha sendiri, bukan memaksa minta kepada orang lain. Kami memutuskan untuk hidup bersama di Kalimantan Barat. Agar keluarga kecil yang baru kami bangun tidak terusik oleh orang lain ataupun oleh keluarga kami sendiri. Saya bekerja dan istri saya bekerja. Kami sama-sama bekerja, kami sama-sama mendapatkan gaji. Gaji saya untuk menghidupi keluarga sehari-hari dan investasi. Pertama kali, kami tinggal di sebuah kamar kost. Kemudian pindah ke sebuah rumah kontrakan. Kami pergi ke dinas kesehatan Kab. Ketapang tanpa memiliki keluarga dekat di Dinas Kesehatan maupun Pemda Ketapang. Kami hanya punya niat, tekad, dan keberanian. Alhamdulillah, istri diberikan beberapa pilihan puskesmas. Sesuai pertimbangan, pilihannya adalah Puskesmas Kendawangan. Istri berangkat dan mulai bekerja September 2019 dalam kondisi hamil kecil. Sebelumnya saya sudah fit and proper untuk sebuah jabatan supervisor dasar. Dan ketika ditanya, saya jawab mau ke Kendawangan. Alhamdulillah terwujud, SK saya bulan Oktober 2019 ke Kendawangan. Kami tinggal di sebuah rumah dinas Puskesmas yang sebenernya adalah rumah dinas dokter gigi bukan untuk dokter umum. Rumah dinas yang kami tinggali yang bersemen hanya dua kamar. Yaitu kamar tidur dan ruang praktik dokter gigi, sisanya adalah beralaskan kayu. Perabotan rumah tangga kami beli di ketapang dan Kendawangan. Ada juga yang kami bawa dari Cirebon, kaya kompor gas. Mesin cuci hadiah dari kantor untuk pernikahan kami. AC kami beli di Ketapang, kemudian dipasang di Kendawangan. Kulkas diberi pinjam oleh rekan kerja. Sisanya adalah perabotan waktu saya masih sendiri. Alhamdulillah kami hidup tenang, bahagia. Memiliki tetangga yang baik. Rekan-rekan kerja saya dan istri juga baik.


Segi kendaraan, saya membeli motor matic bekas bukan motor baru. Karena menurut kami fungsi motor adalah untuk menempuh perjalanan dari titik A ke titik B. Jadi kami memutuskan untuk membeli motor bekas yang tidak menguras kantong.


Maret 2020 anak kami yang pertama lahir. Kemudian pada Juni 2020, kami bertiga berangkat kembali ke Kendawangan. Pada awalnya kami tidak ingin mempekerjakan orang untuk dirumah, akan tetapi ternyata cukup sulit juga. Akhirnya kami dibantu oleh satu orang pengasuh yang bekerja dari jam 08.00 sampai jam 12.00 jika ada keperluan ya paling sampai jam 14.00 wib, dari Senin sampai Jumat. Ya, tidak sampai tidur dirumah, tidak sampai sore ataupun malam, dan tidak sampai Sabtu dan Minggu kecuali jika ada keperluan yang darurat saja. Selebihnya kami secara bergantian menjaga anak. Setelah jam 12 siang, istri yang sudah pulang menjaga anak. Kemudian saat sore saya sudah pulang, saya yang menjaga. Kita sama-sama saling menjaga, saling membantu. Jika saya ada gangguan, maka istri yang menjaga anak. Jika istri lagi jaga IGD 24 jam, ketika ada panggilan malam hari dari IGD, maka saya yang menjaga anak. Dari anak masih 2 bulan sampai berusia 1 tahun 6 bulan kami selalu bersama. Setiap pagi kami bersama-sama memandikan si kecil. Kemudian menyiapkan segala kebutuhannya hingga dipakaikan bajunya. Saat siang, kami pulang ke rumah untuk makan siang, kadang makan masakan yang pagi, kadang juga beli di luar untuk dimakan di rumah. Setelah selesai makan dan istirahat sejenak, saya berangkat kerja lagi. Sedangkan istri dirumah bersama anak. Ketika sore, kami juga bersama-sama memandikan si kecil. Sebelum isya kalau belum ada makanan, maka kami keluar untuk membeli makanan. Begitulah kehidupan kami setiap hari. 


Alhamdulillah kami menikmati setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari. Meskipun tetap saja ada pertikaian, dan hal itu wajar di dalam rumah tangga. Bagaimana cara kita berkomunikasi adalah kuncinya, dan bagaimana mengelola emosi diri adalah solusinya. Sehingga tak terasa anak kami sudah berusia 6 bulan yang berarti sudah bisa makan selain ASI. Kami pernah memberi si kecil bubur siap saji, tapi alergi susu sapi hingga muntah dan lemas, tak sadarkan diri, tak mau nyusu sampai akhirnya kami memutuskan untuk ke Ketapang, ke Rumah Sakit. Alhamdulillah sampai di RS, anak udah mau nyusu ASI, sehingga tidak diberikan obat atau pun terapi lainnya. Ya hanya ASI yang kami berikan. Dari situ, kami coba untuk membuat MPASi sendiri. Saya mencoba membuat MPASI tersebut sesuai arahan istri, saya juga memumbuknya hingga halus. Saya bersemangat untuk memberi sikecil MPASI. Saya ingin merasakan merawat, mengurus anak, dari kecil hingga kelak dewasa.




No comments:

Powered by Blogger.