Farhan Muntah, Lemas dan Tak Sadarkan Diri
"Yang, dedek Farhan dicoba makan aja kah? Nyusu ga kuat, ngamuk terus, bingung". Pesan istri melalui chat.
"Hiks, yaudah kalau dicoba. Mau beli apa yang?" Jawabku.
"Beli bubur aja, tapi jangan
yang buah, yang beras merah aja"
Nama lengkapnya Muhammad Farhan Abdillah, anak kami yang pertama. Sebenernya Farhan belum genap berusia 6 bulan.
Saat pulang dari kantor, singgah di toko membeli bubur siap saji beras merah untuk bayi 6 bulan. Sampai dirumah, kami buat bubur satu sendok makan ditambah air hangat 50 ml. Kemudian coba disuapkan ke Farhan. Mulutnya mau menerima suapan bubur. Sudah 5 sendok bayi masuk ke mulutnya tanpa dimuntahkan.
"Kita coba liat malamnya ya,
gimana"
Berdasarkan pengalaman, suatu sore
kami coba beri susu sapi formula meskipun yang masuk sedikit. Ketika malam
hari, saat tertidur tiba-tiba muntah 3 kali. Makanya kami melihat reaksi
terhadap sesuatu yang masuk ke dalam tubuhnya. Apakah tidak cocok atau
baik-baik saja. Saat itu kami setuju bahwa Farhan alergi terhadap susu sapi.
Karena alergi susu sapi, maka kami juga mencoba susu soya. Alhamdulillah
tubuhnya bisa menerima. Tetapi kami tidak memberinya susu soya setiap waktu,
hanya beberapa kali saja selebihnya ASI.
Satu jam setelah masuknya bubur,
Farhan masih baik-baik saja. Karena ada sesuatu yang tertinggal di kantor, aku
ke kantor untuk mengambilnya sekaligus beli es. Ketika sedang membeli es, istri
mengabarkan padam listrik, Farhan juga muntah-muntah nyemprot. Es jeruk sudah
dibungkus plastik diikat tali rapiah kecil, bergegas pulang ke rumah.
"Yang, farhan muntah 3 kali,
nyemprot, kayaknya ada susu sapi nya, soalnya muntahnya kaya pas waktu itu
dikasih formula susu sapi", ungkap Istri.
Setelah dilihat kemasannya, tertulis
"Milky Beras Merah". Kemudian aku baca komposisinya, tertulis susu
sapi. Tubuh Farhan belum bisa menerima susu sapi. Sehingga dikeluarkan melalui
mulut. Saat mencoba diberi ASI, Farhan enggan menyusu. Beberapa menit kemudian,
cairan keluar lagi dari mulutnya. Kali ini bukan susu yang keluar dari
mulutnya, karena tidak berwarna putih.
"Kayaknya cairan lambung yang"
kata istri
Tidak berselang lama, cairan keluar
lagi dari mulutnya. Istri menyimpulkan bahwa cairan yang keluar adalah cairan
lambung. Pertanda bahwa lambungnya tidak ada isi sama sekali. Badannya langsung
lemas. Kami mencoba lagi memberinya ASI, masih tidak mau, bahkan tidak bisa
nyedot karena lemas. Kami mulai agak panik.
"Gimana yang? Mau disini di Puskesmas
Kendawangan atau bawa ke RS Ketapang?" tanyaku.
Istri belum membuat keputusan, masih mempertimbangkan jika Farhan harus disuntik diberi cairan infus. Kasian, nggak tega begitu katanya.
Sementara Farhan semakin lemas,
benar-benar lemas, tubuhnya tidak bisa digerakkan. Matanya sayu seperti orang
ngantuk tapi ketika dibangunkan tidak kaget tidak merespon sama sekali.
"Farhan, farhan, bangun nak,
bangun."
"Farhan, bangun nak."
"Coba ambilkan buku IDAI yang, liat terapi alergi susu sapi apa" pinta istri.
Aku ambil dan buka bukunya, baca sekilas
bab alergi susu sapi. Terapinya adalah ASI. Ya, berikan ASI. Tapi kenyataannya
Farhan sudah lemas dan tidak mau menyusu.
Aku panik, bolak balik keluar masuk
pintu.
"Yang, jadi gimana mau disini
atau dibawa ke RS Ketapang? Kalau ke Ketapang, telepon pak long ataupun pake
mobil PLN" tanyaku sekali lagi.
"Kalau disini jarum untuk
bayinya nggak ada, kalau dicari-cari juga tetap nggak ada, misal pake jarum
yang ada, belum tentu bisa pas di pembuluh darahnya, takutnya nanti nambah
lama. Sedangkan kondisi Farhan tambah lemas, ke Ketapang aja langsung"
jawab istri
Kami selalu belajar menerapkan
manajemen resiko sebelum memgambil keputusan ataupun tindakan.
Karena telepon Pak along Bambang
tidak dijawab, maka kutelepon bokir nama panggilannya, nama sebenernya
adalah Rudiansyah, karena pas dia lagi piket.
"Halo kir, dimane?" Tanyaku
"Di kantor bos" jawabnya
"Bisa minta tolong ndak? bawakan
mobil ke rumah kir, mau bawa anak ke Ketapang, lagi sakit" pintaku
"Oke oke siap bos, tangga
diturunkan ndak bos?" Tanyanya
"Emm, ndak usah kir, takut lama,
langsung jak ke rumah"
"Oke-oke bos"
"Farhan, farhan, bangun nak, bangun, jangan tinggalin mamah" isak istri
Aku semakin panik. Sambil menunggu mobil, barang-barang yang harus dibawa kumasukkan ke dalam tas kecil, seperti uang, kartu-kartu, carger, hp. Kondisi rumah gelap karena listrik padam.
"Kami e yg nyetir?" Tanya
bokir saat mobil sudah tiba depan rumah.
"Aok, kau jak ye yang nyetir,
mataku nggak begitu jelas kalau malam, bawa anak sakit juga" pintaku
Mobil pickup berlogo PLN dan
bertangga membawa kami ke Ketapang.
Farhan yang lemas dalam dekapan
mamahnya yang duduk di tengah. Farhan masih tidak sadar, tubuhnya lemas,
mengalami dehidrasi. Diangkatnya dan coba disadarkan.
"Farhan, farhan, farhan"
Nadinya juga dipegang mamahnya.
"Ya Allah, kuatkan lah Farhan.
Jagalah dia. Hamba pasrah kepada-Mu. Berikan yang terbaik untuk Farhan dan
kami. Karena Farhan adalah milik-Mu, yang bisa Engkau ambil kapan saja. Kami
juga adalah milik-Mu yang dapat Engkau panggil kapan saja. Jika malam ini kami
harus kehilangan Farhan di dunia, maka berilah kesabaran untuk kami, untuk
istri hamba ya Allah" Doaku dalam hati.
Istri juga terus berdoa dalam hatinya. Bokir yang sedang nyetir juga ikut bingung, hanya bisa diam.
"Kalau dikasih air biasa bisa
enggak yang?" Tanyaku
"Bisa" jawab istri singkat.
Berhenti disebuah rumah makan, minta
sendoknya untuk dibawa. Air mineral botol beli di warung sebelahnya.
Mobil melaju kembali, perjalanan
masih jauh. Jalanan berlubang, membuat mobil terus berbunyi karena peralatan
dibelakang mobil. Farhan masih lemas,
matanya sayu. Coba lagi disusui oleh mamahnya, masih tidak mau. Belum ada
tanda-tanda ada kekuatan untul Farhan nyedot ASI.
Satu sendok air coba dimasukkan ke
mulut Farhan. Sedikit air masuk, membuatnya ada tenaga. Tapi masih lemas, nyusu
masih tidak mau. Nadinya sudah mulai menurun.
Perjalanan dari rumah menuju ke
Ketapang sekitar dua jam. Kami baru sampai seperempat perjalanan. Bokir fokus
dengan jalanan yang gelap dan berlubang. Kami benar-benar pasrah pada-Nya,
apapun takdirnya, karena semuanya adalah milik-Nya. Saya hanya berdoa, berikan
kami keridhoan untuk menerima tadkirmu ya Allah.
Saat memasuki jalanan yang menuju kota ketapang, ada gerakan sedikit dari Farhan. Coba disusui, masih belum kuat nyedotnya. Nadinya mulai stabil. Sudah masuk ke jalanan yang cukup bagus untuk dilalui menuju kota ketapang. Ketika melalui jembatan pawan 1, penghubung daerah seberang dengan pusat kota, farhan mulai bisa nyedot asi sedikit. Kondisi sudah mulai stabil, sebelum akhirnya kami sampai di Rumah Sakit. Farhan dibawa ke ruang IGD dan diperiksa dalam kondisi sedikit stabil dan sadar. Tidak diberikan cairan infus ataupun obat-obatan secara langsung. Karena kondisinya sudah mulai membaik, sudah mulai sadar dan stabil, maka tidak dirawat dan kami pulang. Namun untuk mencegah apabila malam ini Farhan muntah lagi, kami memutuskan untuk menginap di Ketapang, sedangkan bokir pulang ke Kendawangan.
No comments: