Terimakasih Puskesmas Kendawangan
Ketika
mendapat informasi melalui zoom bahwa saya dipindah tugaskan ke ULP Sukadana,
tanpa mempertimbangkan apapun istri langsung menyatakan akan resign dari
tempatnya bekerja saat itu dan ikut ke Sukadana. Keputusan yang sungguh membuat
saya bahagia. Informasi melalui zoom saya terima pada awal November 2022. Pada
saat itu kami sedang berduka dan dalam perjalanan pulang ke Jawa. Pertengahan
November 2022 kami kembali ke Kalimantan Barat, bekerja seperti biasanya.
Beberapa
hari setelah sampai, kami mendatangi bapak Kepala Puskesmas untuk meminta ijin
resign. Kami bercerita di rumah beliau, dan sempat memberikan nasihat dan
pilihan "kenapa gak suami dokter aja yang bolak balik Sukadana". Tapi
kami tetap pada pilihan yaitu resign dari Puskesmas Kendawangan. Dengan berat
hati pak Kapus mengiyakannya dan menginstruksikan kami untuk membuat surat
mengundurkan diri per tanggal 1 Desember 2022
yang ditujukan kepada Puskesmas, nanti akan diteruskan ke Dinas
Kesahatan. Seisi Puskesmas cukup heboh mendengar kabar tersebut. Banyak yang
bertanya langsung, "bener e dokter mau pindah". Bahkan dibuat agenda
khusus perpisahan. Acara tersebut dihadiri rekan dokter, bidan, peraway, dan
petugas puskesmas lainnya. Mereka memberi kesan dan pesan, "saya baru nemu
dokter yang kayak gini, yang pagi siang sore malam dinihari ke IGD Puskesmas
untuk melihat pasien kalau menurutnya sangat gawat, bahkan kesehatan dirinya
sendiri dan keluarganya terkadang diabaikannya demi menolong pasien".
"Saat hamil besar anak pertama dan anak kedua, dokter tetap nolong partus
(lahiran), mimpin persalinan, pernah naik ke atas bed untuk dorong bayi, juga
sering melakukan plasenta manual" timpal bidan lainnya. Suasana acara
sangat haru, banyak yang bersedih bahkan menangis merasa kehilangan sosok
seperti dr Vebry. Dokter yang sederhana, yang cerdas, yang dedikasi nya luar
biasa, dokter yang hati-hati dan selalu mengantisipasi tuntutan pasien dan
keluarganya. Diakhiri dengan foto bersama dan tak sedikit yang memberikan kado
untuknya dan anak-anak.
Kami
jadi ingat, flashback saat pertama kali istri bertugas di Puskesmas Kendawangan
bulan September 2019. Saat itu saya masih di Ketapang. Istri tinggal sendiri di
rumah dinas dalam keadaan hamil. Terkadang malam hari ada yang mengetuk pintu
rumah, pagi hari bertanya ke tetangga sebelah katanya udah biasa seperti itu,
gak usah ditanggapi. Ia juga sering menginap di rawat inap kalau lagi jawa IGD
dan rawat inap. Saya bisa pulang setiap jumat sore, dan berangkat senin pagi.
Jarak Kendawangan - Ketapang sekitar 90km, karena jalannya cukup rusak jadi
bisa ditempuh kira-kira dua jam menggunakan sepeda motor. Baru dua bulan
kemudian, saya dipromosikan ke Kendawangan untuk jabatan baru.
Setiap
menangani pasiennya, menghadapi keluarga pasien, istri selalu bercerita. Saya
senang mendengar cerita-ceritanya. Cerita pasiennya, rekan kerjanya, suasana
kerjanya, dan yang lagi hits di Puskesmas. Ada cerita-cerita yang masih saya
ingat. Pasien melahirkan yang harusnya dirujuk tapi tidak mau, karena alasan
biaya. Maka istri menelepon manajer sawit untuk bisa membantu pasien tersebut
yang suaminya bekerja di perusahaan sawit. Terus ada juga bayi prematur yang
dirawatnya pake alat seadanya di puskesmas karena tidak mau dirujuk. Sampai
telepon spesialis kandungan dan spesialis anak di Ketapang. Bayi tersebut bisa
bertahap empat hari. Dihari kelima keluarga bayi memutuskan untuk membawanya
pulang ke rumah. Istri sangat sedih saat itu, sudah berusaha semaksimal mungkin
dan sudah bertahan empat hari, tapi keluarga memutuskan untuk dibawa pulang
yang pada akhirnya meninggal di rumah. Cerita dengan dukun beranak juga ada.
Sampai pernah juga diceritakan adu mulut dengan dokter yanga IGD Rumah Sakit di
Ketapang. Di rumah sakit A ditolak, rumah sakit B juga nolak, rumah sakit C
juga nolak. Jadi saya harus kirim kemana, sedangkan di ketapang Rumah Sakit
baru ada 3, masa saya harus kirim ke Pontianak yang perjalanannya aja 12 jam
lebih. Begitu kesal istri. Ada juga cerita agak horor pasien nenek-nenek yang
tetiba cekikikan dan matanya melotot. Ketangguhan dan ketegasannya saat
menghadapi keluarga pasien yang menyerangnya seorang diri atau saat dirinya
direndahkan. Meskipun pada saat sampai dirumah, ia sambil menangis
menceritakannya. Saya bisa merasakannya, mendengar sambil memeluk dan mengusap
pundaknya seraya berbisik "sabar ya yang". Masih banyak yang belum
bisa diceritakan. Terimakasih Puskesmas Kendawangan beserta orang-orang baik
didalamnya.
Kami
pamit dari Puskesmas Kendawangan 🙏
